Selasa, 30 Desember 2014

Sega Bancakan dan Es Setup Rosella

Sega Bancakan: ayam kampung, areh dan gudangan.
Menu sehat yang lezat
Kuliner tradisional Jawa tak terpisahkan dari Warung Dhahar Pulo Segaran. Kuliner bernuansa tradisioanal memang menjadi andalan yang sering dicari pengunjung warung ini. Apalagi setiap bulannya selalu muncul menu-menu modifikasi baru yang menggoda untuk dicicipi. Pada bulan Desember ini misalnya, muncul kuliner baru Sega Bancakan dan Es Setup Rosella.

Sega Bancakan sangat kental bernuansa Jawa, dengan komponen utama sega abang (nasi merah), ayam kampung, kuah areh, yang dilengkapi dengan krupuk gendar dan gudangan. Areh hadir sebagai primadona yang secara signifikan membentuk rasa.

Rasa gurih ayam kampung disangatkan oleh gurih areh, yang terbuat dari santan kelapa. Areh biasanya dipasangkan dengan gudeg. Namun dipadu dengan nasi merah yang cenderung hambar dan bertekstur keras ternyata cocok. Ditambah lagi dengan gudangan yang cenderung manis dan gurih. Rasa yang muncul lewat bumbu gudangan berupa parutan kelapa dan aneka sayur seperti bayam, wortel, kubis dan tauge. Komponen klasik seperti bawang merah, bawang putih, salam, laos, sereh, daun jeruk, dan gula jawa menguatkan aroma tradisionalnya.

Menu ini relatif sehat. Ada gudangan, yakni sayur yang dikukus. Ada nasi merah yang antioksidan dan seratnya jauh lebih tinggi ketimbang nasi putih. Kandungan seleniumnya bermanfaat untuk mencegah kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Kandungan vitamin dan mineralnya, terutama B1 (thiamin) serta kalsium dan fosfor, lebih tinggi ketimbang beras putih. Selain itu, ayam yang dipakai adalah ayam kampung, yang lebih sehat daripada ayam broiler karena lebih bebas antibiotik. Ayam kampung juga mengandung hemoglobin yang tinggi, serta mempunyai kandungan mineral lebih lengkap.

Es Setup Rosella yang sehat menyegarkan
Bersama Sega Bancakan, minuman Es Setup Rosela ikut menemani. Nama rosella sempat mencuat pada pertengahan tahun 2000an. Utamanya karena khasiat kesehatan yang dikandungnya. Rosella mampu menjadi antioksidan hebat untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh. Karena kadar vitamin C dan beta karotennya tinggi. Rosella juga mengandung kalsium yang tinggi yang baik untuk kesehatan tulang. Selain itu, rosella bermanfaat dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Tanaman ini dipetik dari halaman Tembi Rumah Budaya, yang kian disemarakkan tanaman herbal.

Es Setup Rosella yang disajikan dalam tampilan warna merah dan kuning cukup menggugah selera. Rosella dan sirup berwarna merah, nanas berwarna kuning, kolang kaling dan biji selasih menghiasi isi gelas. Rasa rosella yang sedikit asam menimbulkan sensasi yang menyenangkan, yang diperkuat rasa nanas. Berpadu dengan rasa manis sirup dan “penetral” kolang kaling dan selasih. Efeknya menyegarkan, dan tentu saja, menyehatkan.

Sega Bancakan dibandrol dengan harga Rp 27.000. Sedangkan Es Setup Rosella Rp 8.100. Harga yang tergolong standar. Bolehlah dicoba.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya

Minggu, 30 November 2014

Mari Mencicipi Sambal Belut



Kuliner dari daging belut memang belum populer. Tapi, bukan berarti hidangan dari ikan bertubuh panjang seperti ular dan licin itu tak bisa disulap menjadi sajian nan nikmat. Misalnya, sambal belut dan belut goreng.

Penasaran, dong, ingin mencicipi? Nah, kalau Anda sedang berlibur atau bertugas ke Yogyakarta, jangan lupa mampir ke Warung Sambel Welut Pak Sabar. Kedai milik Sabar yang berdiri tahun 1996 silam ini terletak di Jalan Imogiri Barat KM 6 Dokaran, Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Tak terlalu sulit menemukan kedai yang buka dari jam 10 pagi sampai 10 malam ini. Dari pusat Kota Yogyakarta, arahkan saja kendaraan Anda ke selatan menuju Pojok Benteng Timur. Jika datang dari Jalan Brigjen Katamso, belokkan kendaraan Anda ke kiri. Di pertigaan pertama, belok kanan masuk ke Jalan Sisingamangaraja. Susuri jalan ini hingga bertemu Jalan Lingkar alias Ringroad Selatan.

Dari situ, Anda masih harus berjalan lurus ke selatan sekitar 1,5 kilometer. Lalu, belokkan kendaraan Anda masuk ke gang keempat yang berada di sisi kiri. Setelah menyeberang jembatan, Anda akan menemukan papan nama bertuliskan Warung Sambel Welut Pak Sabar di dekat masjid yang ada di sebelah kanan jalan. Kedai tersebut agak menjorok ke dalam, tak jauh dari masjid.

Bangunan kedai ini sebetulnya biasa saja, jauh dari kesan mewah. Dindingnya terbuat dari kayu dan bambu. Di dalam kedai, tersedia belasan kursi dan meja panjang yang bisa menampung pengunjung lebih dari 50 orang. Meski sederhana dan letaknya agak terpelosok, dari pigura foto yang terpajang di dinding, Anda bisa tahu, tak sedikit selebritas yang pernah singgah ke kedai ini.

Sesuai namanya, hidangan favorit kedai ini adalah sambal belut. Tentu, tak lengkap menikmati sambal belut tanpa belut goreng ataupun oseng belut cabai hijau. Dan, Sabar mematok harga hidangan bukan dalam satuan porsi, melainkan dalam satuan kilogram bobot belut hidup. Untuk semua hidangan, harganya sebesar Rp 75.000 sekilogram.

Cuma, Anda tak harus memesan satu hidangan hingga satu kilogram, lo. Kalau cuma berdua, Anda bisa, kok, memesan sambal belut satu porsi yang biasanya dibuat dari tiga ons belut. Namun, khusus oseng belut, Anda harus memesan minimal 0,5 kg belut.

Pakai tungku kayu

Setelah memesan, Anda harus rela menunggu cukup lama. Maklum, belut yang dihidangkan di kedai ini merupakan belut segar. Setelah Anda memesan, barulah Sabar mengolah belut yang masih hidup untuk dijadikan hidangan spesial sesuai pesanan. Tapi, kalau tak ingin menunggu terlalu lama, Sabar menyarankan, Anda memesan lewat telepon terlebih dahulu. Soalnya, “Kalau sedang ramai, pengunjung bisa menunggu hingga dua jam,” ungkap Sabar.

Setelah matang, sambal belut bersama belut goreng dan oseng belut yang masih hangat bakal tersaji di meja, ditemani lalap mentimun, daun kemangi, dan daun bayam rebus. Oseng belut yang bertabur potongan tomat dan sayuran tampak menarik. Namun, belut gorengnya juga tak kalah menggoda.

Tentu saja, yang pertama mesti dinikmati adalah menu andalan racikan Sabar: sambal belut. Warna hidangannya memang tampak pucat, meski berhias gerusan cabai merah dan cabai hijau. Namun, saat sampai di mulut, rasanya sungguh menggugah selera.

Rasa gurih dari daging belut berpadu dengan rasa pedas nan segar. Sangat nikmat disantap bersama nasi yang masih hangat. Mantap. Oh, iya, Anda bisa memesan tingkat kepedasan sambal belut sesuai selera.

Sebetulnya, Sabar menjelaskan, bumbu sambal belut buatannya biasa saja, lantaran terbuat dari bawang, garam, cabai. Yang bikin istimewa, Sabar menambahkan kencur untuk menghasilkan aroma dan rasa yang segar.

Selain itu, proses memasaknya juga beda. Pertama-tama belut digoreng setengah matang lalu diambil dagingnya. Kemudian, daging belut ditumbuk bersama bumbu. “Kalau orang lain, daging tidak dipisah sehingga tulang belut ikut ditumbuk,” katanya.

Tentu, sayang membiarkan belut goreng tergeletak begitu saja. Apalagi, dagingnya begitu empuk. Rasanya gurih dan nikmat. Cocok menjadi teman sambal belut. Daging belut goreng itu juga tak bau amis karena Sabar menambahkan kunyit ke dalam bumbunya.

Oseng belut bikinan Sabar juga tak kalah nikmat. Perpaduan rasa gurih dan manis yang menyegarkan bakal memanjakan lidah Anda. Oh, iya, semua hidangan racikan Sabar dimasak menggunakan tungku kayu. Cara ini sengaja dipilih Sabar agar hidangannya menghasilkan rasa yang lebih nikmat dan bebas dari bau minyak.

Untuk teman makan, ada teh manis dengan gula batu yang bakal menyegarkan kerongkongan Anda. Jadi, silakan mampir ke kedai ini saat Anda pergi ke Yogyakarta.

(Herry Prasetyo/Sumber: Mingguan KONTAN)

Jumat, 14 November 2014

Lotek Bu Nur



Seperti halnya kuliner gudeg yang terkenal di Yogya, kuliner yang satu ini pun tidak kalah enaknya yaitu lotek yang mudah ditemukan di Yogya. Dibanyak tempat, apalagi malam hari, menemui gudeng mudah untuk dicari. Berbeda dengan lotek, yang buka pada siang hari. Biasanya, jam 9 warung lotek sudah buka, meski siang hari pelanggan baru pada datang. Biasnya, sore hari, pukul 5, atau bahkan pukul 4, warung lotek sudah tutup.

Ini ada warung lotek yang telah memiliki pelanggan, dan tidak hanya menyediakan lotek, tetapi ada jenis menu sayuran lain. Yang tidak ketinggalan menu gado-gado. Maka, warungnya dikenal dengan nama ‘’Warung Lotek-Gado-gado ‘Bu Nur’”. Lokasinya di jalan Parangtritis Km 7, dekat dengan kampus ISI (Institut Seni Indonesia), Yogyakarta.

Berulangkali, kuliner ‘Tembi’ telah mampir di warung ‘Bu Nur’ ini dan pesannya selalu sama, lotek, cabainya satu saja. Namun, sesekali pernah juga mencoba gado-gado. Minuman  LOTEK BU NURkhas, juice sirsak atau juice jambu. Pilihan menu dan minuman, menambah rasa segar di tubuh.

Saat siang hari, pada jam makan siang, warung ‘Bu Nur’ penuh pelanggan. Tidak jarang antri cukup banyak. Namun begitu, tidak menunggu terlalu lama, meski pelanggan banyak yang datang. Kebanyakan anak-anak muda. Biasanya pula mengambil tempat duduk lesehan. Namun bukan berarti warung ‘Bu Nur’ monopoli anak-anak muda. Orang dewasa, yang suka pada lotek, mudah sekali dilihat menikmati lotek atau gado-gado di warung ‘Bu Nur’ ini.

Terhadap kuliner ‘Tembi; penjualnya seperti sudah hapal apa yang akan dipesan. Mungkin karena selalu menu dan minuman sama yang dipesan, setiap kali ke warung ‘Bu Nur”.

“Juice sirsaknya habis’ begitu kuliner masuk warung dan mendekati penjaga warung

“Ya, juice jambu biji” kata kuliner Tembi

‘Tanpa es ya” tanya pelayan warung‘Begitulah” kata kuliner Tembi. Dan sama-sama tertawa.



Rasa lotek di warung ‘Bu Nur’ ini memang ‘joss’. Meski sudah berkali-kali makan lotek, tidak membuatnya bosan. Selalu saja, dalam jarak waktu tertentu ingin kembali ke warung lotek ini, untuk menikmati lotek, dan tentu saja juice. Bumbu kacangnya memang betul-bentul bumbu kacang yang ditumbuk di cowek. Perempuan yang menyiapkan pesanan lotek seperti sudah terbiasa menumbuk kacang, sehingga cepat sekali kacang berubah menjadi lembut. Teman lainnuya sudah menyiapkan sayuran lotek dan tinggal dimasukkan ke cowek yang sudah ada bumbunya. Jadi, dengan cepat pesanan lotek diantar pada pemesan.

Selain pelanggan yang makan di warung, ternyata tidak sedikit pelanggan yang memesan dan dibungkus untuk dibawa pulang. Karena itu, meski di warungnya hanya ada 2-3 orang yang sedang makan, penjualnya tidak berhenti menumbuk/menguleg kacang di cowek dan teman lainnya menyiapkan sayuran,  sebab pembeli yang memesan akan mengambil jika pesanan selesuai dibuat.



Selain gudeg, lotek merupakan jenis menu ‘khas’ Yogya yang lain. Dibanyak tempat di Yogya, penjual lotek tidak terlalu sulit untuk ditemukan. Asal bukan malam hari. Sebab, warung lotek, sore hari biasanya sudah tutup. Warung lotek yang memiliki banyak pelanggan, biasanya membuka cabang di beberpa tempat di Yogya, salah sattunya warung lotek Colombo, yang membuka cabang di beberapa lokasi. Warung lotek ‘Bu Nur’ inipun ada tulisan ‘cabang Colombo’. Ini artinya, lotek ‘Bu Nur’ merupakan lotek cabang Colombo yang sudah cukup dikenal di Yogyakarta.

Kita tahu, adalah lotek jenis menu yang sedikit sekali menggunakan minyak goreng, kecuali pada bumbu kacang, kerupuk sebagai kelenngkapan lotek dan bakwan goreng, yang diiris-iris dan dicampur dengan lontong dan sayuran.

Maka, kalau ke Yogya, jangan lewatkan lotek.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya

Senin, 03 November 2014

Rasa Pekat Gudeg Yu Narni yang Lezat

Gudeg krecek suwir pakai telur
Bicara tentang kuliner khas Yogyakarta tak bisa lepas dari kuliner gudeg. Bicara tentang gudeg tidak bisa mengabaikan kawasan Barek, Sleman. Dan bicara tentang gudeg Barek tak bisa melewatkan nama Yu Narni, salah satu dari tiga produsen gudeg besar di daerah ini, di samping Yu Djum dan Hj Amad. Gudeg Yu Narni adalah milik bu Narni Suwardi, yang memang berasal dari Barek --atau dalam lidah Jawa, mBarek.

Gudeg Yu Narni memang memiliki cita rasa yang memadai dengan kepopulerannya. Mungkin karena rasa gudegnya yang tergolong pekat, atau dalam istilah beberapa orang, ‘medok’. Rasa ‘medok’ ini terasa pada semua komponen gudegnya, termasuk areh, krecek, bahkan telur pindangnya. Selain bumbunya meresap, bahannya juga dari ayam kampung dan telur bebek, sehingga rasanya lebih mencuat. Dengan demikian cita rasanya memang lebih mantap dan lebih lama menetap di lidah. Rasa gudegnya tidak terlalu manis, ini mungkin juga salah satu kekhasannya. Ada sedikit asin yang menambah rasa nikmatnya.

Mas Dony, putra bu Narni, yang membantu mengelola
cabang di Jalan Magelang
Gudegnya tergolong gudeg kering. Awalnya, kata Dony Sukma Anggara (32 tahun), putra bu Narni (56 tahun), gudeg buatan kakek dan ibunya masih berupa gudeg basah. Namun dengan pertimbangan ekonomis, ibunya beralih ke gudeg kering yang memang lebih awet. Gudeg kering Yu Narni bisa bertahan 24-36 jam. Di Yogya penjual gudeg kering kini memang jauh lebih banyak dibanding gudeg basah.

Yang juga jelas awet adalah usia usaha gudeg yang dirintis keluarga bu Narni. Diawali oleh Mbah Wito yang menjajakan gudegnya dengan digendong pada sekitar tahun 1945. Menurut Dony, eyangnya berjualan dari Barek sampai sekitar Tugu. Kemudian Mbah Wito mendirikan warung gudeng di Kebon Dalem yang cukup laris, dibantu anaknya, bu Narni, yang saat itu masih kanak-kanak.

Menjelang akhir 1970-an terjadi estafet antar generasi dari Mbah Wito ke Bu Narni. Nama warung gudeg Mbah Wito perlahan kemudian berubah menjadi Yu Narni. Papan nama yang mencantumkan nama keduanya masih dapat dilihat di dalam warung di Kebon Dalem, di belakang etalase. Tertulis di sana: “Gudeg yang Pertama, ‘Bu Wito/Narni’ (Asli dari Mbarek), Telp. 543713, Buka: 06.00 – 21.00.”

Papan nama gudeg di Kebon Dalem jaman dulu, masih memakai
dua nama: “Bu Wito/Narni”
Karena semakin laris dan dikenal, pada tahun 1990-an Bu Narni membuka warung gudeg di rumahnya di Jl. Kaliurang Km 4,5. Awalnya, kata Dony, ibunya juga menjual nasi ramesan, selain gudeg. Namun kemudian khusus hanya menyediakan gudeg, yang memang terbukti ampuh kehandalannya.

Bu Narni kemudian membuka cabang lagi dengan bantuan anak-anaknya. Pada tahun 2002, tutur Dony, bu Narni membuka cabang di Magelang tapi hanya bertahan dua tahun. Setahun kemudian, pada 2003, cabang di Jalan Palagan Tentara Pelajar dibuka, dibantu si sulung Dedi. Lantas pada 2011 giliran cabang di Jalan Magelang Km 11 Tridadi dibuka, dibantu Dony. Sedangkan Dyah, anak ketiga bu Narni, membantu ibunya di Barek. Adapun warung di Kebon Dalem, karena kecil dan sederhana, ditunggu oleh stafnya.

Meski banyak cabang, semua gudegnya dimasak dan diolah di Barek, lantas didistribusikan ke semua cabang. Dengan demikian cita rasanya tetap standar dan kualitasnya terjaga.

Saudara-saudara bu Narni juga terjun di bisnis gudeg. Menurut Dony, dari enam anak mbah Wito, empat orang di antaranya melanjutkan usaha gudeg. Gudeg Campur Sari yang populer dengan nama Gudeg Batas Kota, misalnya, adalah milik kakak bu Narni. Bahkan jika dirunut ke atas Yu Djum dan Mbah Wito masih bersaudara karena, kata Donny, Yu Djum adalah adik mbah Wito putri, jadi adik ipar mbah Wito kakung.

Panci-panci gudeg, areh, telur pindang dan krecek
Harganya juga tergolong murah, atau setidaknya, standar. Gudeg krecek/telur Rp 8.000, gudeg telur/tahu Rp 9.000. Jika dilengkapi ayam suwir/sayap Rp 10.000, ati ampela Rp 13.000, kepala/paha Rp. 14.000, paha atas/dada Rp 24.000.

Jam buka warung gudeg Yu Narni berbeda-beda meski selisihnya sedikit. Yang paling pagi dan lama jam bukanya adalah warung pusat di Barek buka pukul 05.00 sampai pukul 21.00. Warung di Kebon Dalem, pukul 05.30 – 20.30. Dan warung di jalan Magelang, pukul 06.00 – 19.00. 

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya



Selasa, 07 Oktober 2014

Soto Blitar yang "Djiancuk"



Nama warungnya cukup mengejutkan: “Djiancuk”. Ditulis dalam kombinasi ejaan lama dan baru. Diembel-embeli “Soto Khas Jawa Timur”, nama warung ini mengingatkan pada umpatan khas orang Jawa Timur, ‘jancuk’, yang jika disangatkan lantas menjadi ‘jiancuk’. Namun umpatan ini bagi orang yang telah saling kenal atau dekat justru merupakan ekspresi keakraban. Menurut pemiliknya, Parjinah (45 tahun), nama ini dipilih Widodo, suaminya yang asal Blitar, memang sebagai ekspresi keakraban. Yang jelas, sebagai ‘shocking word’, pemilihan nama ini memang gampang menancap dalam ingatan.

Warung ini, kata Parjinah, menyediakan kuliner soto khas Blitar, sesuai kampung halaman Widodo. Menurut perempuan asal Jogja ini, resep sotonya diperoleh dari nenek Widodo. Ibu Widodo sendiri juga membuka warung serupa di Nganjuk. Soto Blitar memang sama dengan soto Nganjuk dan soto Kediri namun berbeda dengan soto Jawa Timur lainnya seperti soto Lamongan atau soto Ambengan.


Soto Blitar yang disajikan di warung ‘Djiancuk’ kuahnya berwarna gelap, berbeda dengan kuah soto Lamongan yang bening. Maklum saja ada banyak bumbu yang diracik di dalam kuahnya. Misalnya saja ketumbar, kemiri, kunyit, sereh, bawang merah dan bawang putih. Ketumbar dan kemiri menguatkan rasa gurihnya. Masih ditambah gurihnya santan yang kentalnya sedang. Dipadu dengan capar atau toge mentah yang segar, irisan tipis kentang goreng dan irisan telur ayam rebus, plus potongan daging sapi, komplitlah sudah. Apalagi jika dibubuhi sambal dan kucuran jeruk nipis, tambah mantaplah. Rasa pedas merica juga kuat menyengat. Kalau orang bilang, keseluruhan rasa sotonya ‘menggigit’.

Parjinah menyiapkan sotonya di sebuah rombong (pikulan) ala tanduk sapi. Wadah-wadah berisi kentang goreng, bawang goreng, capar, dan seledri disusun berjejer. Di sisinya sebuah panci besar berisi kuah racikan bumbu yang disiapkannya sejak jam 3 pagi. Ketika Parjinah menuangkan botol kecap terdengar bunyi ‘klinting-klinting’ yang berasal dari lonceng kecil di leher botol.


Soto dihidangkan dalam mangkuk kecil seperti takaran porsi soto Kudus. Hmm..gurih dan segar. Disantap panas-panas dengan sengatan merica dan imbuhan sambal, bisa-bisa keluar komentar, “jiancuk..rasane uenak tenan.” Keringat ikut menetes. Untuk menemani disediakan pula sate ayam, sate keong, rambak dan krupuk. Harga seporsi soto cukup terjangkau yakni Rp 8.000.

Interior warung ini juga khas. Meja bundar, yang lebih mirip sebuah rol kayu besar, berdiameter sekitar 1,5 meter ditempatkan di tengah ruangan. Bagi yang ingin lesehan, ada lincak kayu di sisi kiri dan kanan ruangan. Hiasan gerabah berbentuk sepatu dan botol melengkapi aksesoris ruang. Dipajang pula foto-foto Soekarno, presiden pertama yang dimakamkan di Blitar. Tak ketinggalan poster pameran lukisan Widodo ikut dipajang.


Widodo memang seorang pelukis. Lelaki kelahiran tahun 1965 ini adalah jebolan pascasarjana ISI Yogyakarta. Dulu, kata Parjinah, lukisan-lukisan suaminya dipajang di dinding warung tapi sekarang semuanya sudah laku terjual. Lukisan-lukisannya kini ditaruh di ruang belakang. Calon pembelinya yang kebanyakan orang asing, menurut Parjinah, masih sering datang. Para penikmat sotonya juga banyak dari kalangan seniman dan dosen ISI Yogyakarta. Jadi selain kuliner, atmosfir seni rupa juga ikut mewarnai warung ini. Anak sulung Widodo juga tengah mengambil jurusan lukis di ISI yang kini menginjak semester keempat.

Warung yang didirikan pada tahun 2000 ini lokasinya di Sonopakis, bersebelahan dengan Kali Bayem. Ancer-ancernya kalau dari jalan Patangpuluhan terus ke barat, melewati Universitas PGRI, sampai jalan menurun di dekat Kali Bayem. Jika ada mobil-mobil tua berderet di sisi kiri jalan berarti Anda sudah sampai di tujuan. Ada teras tempat lesehan di dekat pohon talok. Secara keseluruhan, kesan agak kumuh dari warung ini memang tak terhindarkan tapi sekaligus juga mengesankan kebersahajaan.

Warung soto, seperti juga warung mi ayam, cukup dominan di Jogja. Tapi warung soto khas Jawa Timur jarang ditemui. Apalagi soto Blitar seperti soto Djiancuk ini mungkin masih satu-satunya di Jogja.


Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya




Minggu, 28 September 2014

Gubug Makan Iwak Kalen

Namanya ‘Gubug Makan Iwak Kalen’. Lokasinya masuk dari jalan raya. Persisnya di jalan Godean Km 9. Papan nama yang dipasang pada pertigaan masuk dusun tertulis ‘Gubug Makan Iwak Kalen’ masuk 1 menit. Kalimat 1 menit, agaknya merupakan kata ganti 1 km. Karena memasuki arah menuju warung ini sekitar 1 km. Lokasinya ada di jalan Goedan km 9, Gg Mandungan, Nggenitem, Sidoagung, Godean, Sleman, Yogyakarta.



Warungnya terbuat dari bambu, sehingga memberikan kesan warung ndeso. Tersedia lesehan, atau juga tersedia kursi. Sekitar bangunan warung dikitari sawah. Orang yang ingin menikmati makanan iwak kalen sambil tangannya menggapai padi bisa duduk lesehan dekat sawah. Karena tempat lesehan terbuka dan langsung bersentuhan dengan sawah.

Seperti nama warungnya, kuliner yang disajikan rupa-rupa iwak kalen, seperti kutuk, aneka wader, nila, lele, uceng sili, belut dan sebagainya. Pilhan masaknya bisa berupa gorengm atau mangut, setidaknya pada kutuk, lele, belut bisa dimasak mangut. Tapi pada aneka wader, termasuk uceng sili hanya bisa digoreng. Sayuran dan dan aneka sambal tersedia, tinggal dipilih. Aneka sambalnya gratis: sambal tempe, sambal tomat matang, sambal trasi matang dan lainnya. Sayuran ada harga sendiri, tinggal milih oseng daun papaya, balado terong dan lainnya.

‘Kuliner Tembi’ menyusuri sepanjang jalan Godean, dan sampai pada km 9, pada pertigaan jalan menuju dusun ada spanduk bertuliskan ‘Gubug Makan Iwan Kalen’. Mengambil duduk lesehan yang dekat dengan sawah bersama dua orang teman. Salah satu teman, Darwis Khudori namanya, orang Indonesia yang menetap di Perancis dan kebetulan liburan. Melihat lokasi yang dikitari sawah.

“Wah, sudah lama tidak melihat sawah, apalagi duduk lesehan di tengah sawah” kata Darwis Khudori.

Beberapa menu dipesan sekaligus karena satu porsi menu hanya untuk satu orang. Pilihan menunya kutuk mangut, wader, uceng cili, sambal tempe, sambal terasi, oseng daun papaya dan balado terong, Minumannya kopi hitam, jeruk panas dan capucino. Wader diogereng kering sehingga terasa gurih dimakan, demikian juga uceng cili. Kutuk mangut satu piring berisi tiga kutuk, kuahnya meski kelihatan merah, tetapi tidak terlalu pedas. Makan wader goreng untuk melengkapi kuliner berkuah seperti ketuk mangut, betapa nikmatnya.



Kutuk mangutnya empuk dan tidak alot. Tiga kutuk dalam piring mudah sekali untuk dipotong denga tangan, sehingga memang terasa nikmat makan iwak kalen mengguakan tangan tanpa sendok.

Kalen dan Kali (sungai) dua hal yang berbeda. Kalen lebih kecil dan biasanya airnya diambilkan dari kali (sungai), atau dari sumber lain. Kalau disebutkan ‘iwak kalen’, agaknya untuk memberi kesan eksotik, meskipun menu ikannya diambil dari kali (sungai).

Siang hari,, gubuk makan tampak dikunjungi banyak orang. Mungkin orang merasa kangen makan jenis iwak kalen. Harga masing-masing porsi tidak mahal, hanya berkisar anara Rp 6000 sampai Rp, 7000-an. Dalam kata lain, gubug makan iwak kalen ini, harganya terjangkau.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya


Kamis, 11 September 2014

Spesial Parade Kuliner Vegetarian di Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya

Pecel Goreng a la Warung Dahar Pulo Segaran Tembi
Bulan September 2014 ini secara spesial Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya menghidangkan “Kuliner Sehat Kuliner Vegetarian”. Setidaknya ada 6 (enam) kuliner yang dirilis dari rumah makan ini, yakni Besengek Kembang Gedang, Rendang Jamur, Gudangan Kacang Dele, Tumisan Jipang, Pecel Goreng, dan Acar Kuningan. Sementara untuk jenis minuman diluncurkan 4 (empat) jenis, yaitu Jus Nangka Sabrang, Jus Timun Mas, Jus Pare Anom, dan Jus Kacang Panjang Tomat. Melalui kreasi dan sentuhan juru masak atau koki WD Pulo Segaran Tembi semua menu tersebut dijamin nikmat disantap, sehat, sekaligus harganya sangat terjangkau.

Acar Kuningan nan segar
Kembang Gedang (jantung pisang) ternyata memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, di antaranya mengandung serat tinggi, mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, mengikat lemak dan kolesterol, meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, dan membantu pencegahan timbulnya diabetes. Untuk itu Anda tidak perlu ragu untuk memesan kuliner Besengek Kembang Gedang ini. Besengek sendiri adalah makanan khas Jawa dengan bumbu rempah yang cukup serta kuah santan kental yang “nyemek”.

Bagi yang suka rendang namun tidak suka lemak, maka Rendang Jamur boleh menjadi pilihan menu vegetarian sehat lainnya. Rasa rempah Rendang Jamur Pulo Segaran demikian kuat. Selain nikmat bahan jamur yang menjadi andalan kuliner ini juga memiliki khasiat meningkatkan kebebalan tubuh, banyak mengandung vitamin D, melawan kanker, sumber pangan antioksidan, dan mengontrol berat badan.

Tumisan Jipang pun boleh dipilih untuk melengkapi bersantap kuliner vegetarian. Tumisan ini juga sehat mengingat jipang atau labu siam memiliki khasiat menyehatkan jantung dan pembuluh darah, menetralkan racun dalam darah, mengurangi risiko kanker, menjaga kesehatan ginjal, dan banyak mengandung vitamin B.

Gudangan Kacang Dele nan bergizi
Selain itu, Acar Kuningan yang terdiri dari wortel, ketimun, nenas, bawang merah, dan bawang putih jelas memiliki banyak khasiat. Seperti diketahui, wortel merupakan sumber vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, antikanker, menyehatkan jantung, pencegah stroke, menyehatkan dan menguatkan gigi, dan pembersih racun. Ketimun sendiri berkhasiat menurunkan tekanan darah, melawan kanker, melawan diabetes, meringankan asam urat dan rematik, dan mengurangi kolesterol.

Nenas yang juga menjadi bahan untuk Acar Kuningan juga memiliki khasiat mengurangi sembelit, mengatasi beri-beri, mengobati cacingan, dan menurunkan berat badan. Sementara bawang merah dan bawang putih memiliki cukup banyak khasiat bagi kesehatan tubuh seperti melancarkan peredaran darah, menambah nafsu makan, antioksidan, menambah kekebalan, mengurangi kemerosotan daya pikir otak, anti kanker, dan lain sebagainya.

Gudangan Kacang Dele adalah urap yang ditaburi kacang kedelai yang digiling. Rasanya memang menjadi berbeda dengan urap biasa. Penyajian yang cantik, olahan yang resik, dan bumbu yang kompak untuk kuliner ini patut dicoba. Untuk khasiat dari kuliner ini jelas diketahui karena bahan-bahannya 90 prosen terdiri dari sayuran.

Tumisan Jipang
Pecel Goreng sajian WD Pulo Segaran patut dicoba pula. Selama ini menu pecel hampir selalu berupa kuliner sayuran yang dikukus atau direbus. Namun untuk Pecel Goreng WD Pulo Segaran disajikan dalam format yang berbeda. Seluruh bahan sayuran yang telah dikukus digulung dulu dalam adonan tepung tipis yang kemudian digoreng dengan waktu sangat singkat namun matang. Usai itu gulungan bahan sayuran dipotong-potong miring dan ditungai bumbu pecel yang pekat dan lezat. Berikut ini daftar menu tersebut beserta harga masing-masing.

  • Kembang Gedang dipatok dengan harga Rp 9.000.
  • Rendang Jamur Rp 12.600.
  • Gudangan Kacang Dele Rp 9.000.
  • Tumisan Jipang Rp 8.100.
  • Pecel Goreng Rp 9.000.
  • Acar Kuningan Rp 7.200.
Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya




Selasa, 09 September 2014

Rica-Rica Bebek


Kuliner rica-rica bebek memang tidak sebanyak kuliner bebek goreng dan bebek bakar. Pada dua jenis kuliner disebut terakhir ini, dibanyak tempat di Yogya, termasuk warung kaki lima mudah ditemukan. Bahkan bisa dikatakan, di area mana saja, kita akan bisa menemukan warung makan yang menyediakan bebek goreng dan bakar. Bahkan ada warung khusus yang hanya menyediakan daging bebek, atau setidaknya image yang dibangun adalah warung bebek goreng.

Namun ada juga, ruang makan, dari sejumlah menu yang disediakan, terdapat satu kuliner yang tertulis ‘Rica-rica bebek’, setidaknya di Quak2 Resto kuliner ini bisa dipesan. Biasanya, daging yang dirica-rica dan ditawarkan di warung, adalah jenis daging ayam atau enthok. Maka, ada warung yang khusus menyajikan kuliner rica-rica enthok.

Lagi-lagi, ‘Kuliner Tembi’ Minggu siang (14/10) lalu berkeliling untuk mencari kuliner, yang mungkin agak unik, atau setidaknya, dari kebanyakan kuliner yang ditawarkan, dengan bahan yang sama, dimasak secara lain. Maka, ketika mendengar ada rica-rica bebek diantara kuliner bebek goreng dan bebek bakar, atau dengan istilah lain bebek sambal ijo, yakni bebek goreng yang dilengkapi sambal cabe hijau, pilihannya jatuh pada rica-rica bebek.

Daging dari rica-rica bebek ini sangat empuk, sehingga tidak kesulitan mengunyah. Hanya saja, kulit dari daging tidak dikelupas, karena itu mengunyah daging sekaligus mengunyah kulitnya. Atau sebenarnya, sebelum mengambil dagingnya bisa mengelupas kulitnya untuk kemudian diletakkan di tepi piring.

Yang khas dari kuliner rica-rica adalah rasa pedasnya. Rica-rica bebek ini, memang sungguh pedas, meskipun sebetulnya kita bisa meminta pedasnya cukupan. ‘Kuliner tembi’ sengaja meminta rica-rica bebek pedas, dan memang, pedasnya sungguh menggigit. Mengambil satu sendok kuah rica-rica bebek, rasa pedasnya membuat mripat berkaca-kaca, dan lidah seperti ‘digigit’. Wow.


Kuliner rica-rica di Yogya tidak sebanyak kuliner lainnya, misalnya ayam goreng, bakmi goreng, bebek goreng, tongseng dan sate. Bakmi Jawa atau bermacam jenis makanan Nusantara lainnya. Di beberapa tempat memang ada warung yang menunya menyediakan rica-rica, tetapi biasanya yang di rica-rica menthok atau ayam. Daging bebek, yang paling banyak, seperti telah disebut diawal tulisan ini, digoreng atau dibakar.

Selain memesan rica-rica bebek, seperti biasa ‘Kuliner Tembi’ memesan minuman juice, untuk kali ini memesan juice Jambu biji tanpa es. Rica-rica bebek hanyalah lauk, bukan paket menu, sehingga memesan rica-rica bebek sekaligus harus memesan nasi. Karena tanpa memesan nasi, hanya rica-rica bebek yang dihidangkan.

Bumbu dari rica-rica bebek ini terasa sekali, sehingga empuk dari daging bebek, dilengkapi dengan rasa gurih dan pedas berbaur menjadi satu. Rica-rica bebek disajikan dalam manci kecil. Lima daging dari rica-rica bebek sudah dilengkapi kuahynya. Santan dan bumbu yang telah bercampur seperti terlihat pada kuahnya yang kental.

Warung makan ini bisa ditemukan di jalan Demangan, dan berada di lokasi RRI Demangan Yogya. Lokasinya di tempi jalan. Karena areanya luas, sehingga dari tepi jalan masuk melalui pintu gerbang dan langsung menuju Quak2 Resto.

Di resto ini sejumlah menu tersedia, termasuk ada bebek betutu. Jadi, bagi orang yang ingin menikmati beragam pilihan kuliner, Quak-quak resto barangkali bisa dimasukan sebagai salah satu alternative. Karena, ada banyak ruang makan dan menyajikan beragam kuliner. Quak-quak ini, hanyalah salah satu dari sejumlah resto lainnya.Ingin pedas rica-rica bebek, di Quak2 resto tempatnya.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya

Jumat, 22 Agustus 2014

Santap Brongkos di Waroeng Soekonandi Yogya

Warungnya baru berdiri sekitar 3 tahun yang lalu di Jalan Sukonandi, sebelumnya berada di sekitar Kridosono, Kotabaru, Yogya. Pada papan nama warung itu terrtulis ‘Warung makan dan Es teller’. Pada kartu nama pemiliknya, Prasetyo, ditulis ‘Spesial Brongkos Soekonandi’.

Adalah Hariadi Saptono, Direktur Eksekutif Bentara Budaya Jakarta yang memberikan pesan, bahwa di Jalan Sukonandi 1, Yogyakarta, ada warung enak, namanya warung es teler.

“Mas, kita bertemu di warung es teler Jalan Sukonandi, dari Radio Geronimo ke timur ada pertigaan belok ke selatan, dan di sebelah barat jalan letak warung itu,” Hariadi memberi pesan secara rinci.

Maka, Sabtu siang tanggal 13 Juli 2013 kuliner Tembi menuju ke warung yang telah disebutkan. Lokasi warungnya memang persis berada di tepi jalan. Pepohonan rindang yang menaungi tempat makan warung itu, sehingga udara sejuk merayapi tubuh.

“Silahkan pesan apa?” Hariadi menawari.

Seorang pelayan warung menyodorkan list menu. Ada banyak pilihan menu, ada kwe tiaw, nasi goreng petai dan lainnya. Yang menarik, ada brongkos. Pilihannya brongkos tahu, brongkos telor, brongkos daging dan brongkos komplit.

“Brongkos komplitnya enak,” kata Prasetyo pemiliknya.

Menu brongkos
Akhirnya, kuliner Tembi memilih menu brongkos komplit, yang terdiri dari tahu, telor daging dan koyor. Warna kuahnya coklat khas brongkos, kacang tholonya ada di dalam kuah. Hanya saja, kulit melinjonya tidak disertakan. Rasanya memang enak, sungguh Prasetyo tidak berbohong.

Dagingnya sudah ikut berubah warna coklat seperti kuahnya, sangat empuk, sehingga tidak susah dikunyah. Bahkan, dagingnya dipotong (dicuil) dengan sendok pun bisa. Rasanya brongkos di jalan Sukonandi paling enak, dibandingkan brongkos di warung-warung lainnya.

Brongkos Prasetyo ini tidak terlalu pedas, dan rasa manis serta gurih seperti tak berhenti bergelut di lidah.

Selain brongkosnya enak, suasana warungnya, yang di bawah rindang pepohonan, memberikan rasa nyaman duduk berlama di tempat makan. Angin yang meniup dedaunan membuat tubuh terasa semilir.

Ornamen yang menghiasi bangunan warung, menempel di pohon berasal dari barang-barang bekas, seperti bekas tutup minuman, sehingga sekujur tubuh pohon penuh warna.

Atap menyerupai payung, yang dipakai untuk memberi keteduhan di ruang makan outdoor, menggunakan antena parabola yang sudah tidak terpakai ditutup dengan kain atau plastik dan diberi warna. Pada tubuh pohon digantungi kayu tipis berbentuk bulat dan ditulis jenis menu yang tersedia, ‘mendoan', misalnya.

Tempat makan di antara pepohonan
Selain itu pada dinding di luar ruang makan, yang dipakai untuk parkiran sepeda motor, diberi tempelan, yang ditulisi nama-nama menu yang tersedia. Posisi tempelannya menyebar dan dalam bentuk bulat seperti cobek dan dicat warna-warni, sehingga dari tempat duduk yang agak jauh, orang bisa memesan menu.

Yang lebih unik, pemilik warung, Prasetyo, sangat ramah dan selalu menyapa orang yang hadir di warungnya. Ia sekaligus suka ‘meramal’ tamu-tamunya dengan misalnya, melihat tangannya, dan kemudian memberi saran kepada tamunya. Seperti dialami Bambang Kusuma, pengajar jurusan Sosiologi Atmajaya, diminta untuk memanjangkan kuku di jari kelingkingnya sepanjang 1 cm.

Oranamen menempel di pohon
Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya


Kamis, 07 Agustus 2014

Sungguh Pas Di Perut Menyantap Bubur Gudeg Di Pagi Hari

Sepiring bubur gudeg lengkap dan segelas teh panas, pas untuk mengisi perut di pagi hari
Masyarakat Yogyakarta masa lalu mempunyai korelasi yang kuat dengan kebiasaan atau kultur makan (sarapan pagi) dengan bubur gudeg. Kultur sarapan bubur gudeg ini sekarang mulai pudar mengingat ada begitu banyak tawaran cara sarapan dengan kuliner lain yang beragam.

Di tengah maraknya dunia kuliner di Yogya ternyata penjual bubur gudeg masih dapat ditemukan di banyak tempat. Salah satu pos bubur gudeg dapat ditemukan di Jl Parangtritis, khususnya di sisi selatan Pasar Prawirotaman hingga sekitar bekas Kampus STIE atau Kampung Salakan di sisi utara perempatan ringroad Druwo. Di ruas jalan ini setidaknya dapat ditemukan enam penjual bubur gudeg.

Bubur gudeg identik dengan gudeg basah, bukan gudeg kering seperti yang terdapat di Wijilan atau di kawasan Barek. Bubur gudeg juga identik dengan pagi hari karena bisa dikatakan bubur gudeg hampir tidak pernah dijajakan pada siang atau malam hari.

Suatu hari Tembi berkesempatan mencoba kuliner bubur gudeg di warung gudeg Bu Rus yang memiliki nama lengkap Rusmini (56). Tembi memesan bubur gudeg lengkap dengan lauk tahu, krecek, dan sebutir telur. Saat Tembi cermati, ada tambahan kuliner lain selain gudeg dan asesori itu, yakni daun papaya. Untuk bubur gudeg dengan kelengkapan seperti itu Tembi cukup membayar Rp 8.000, dan segelas teh panas Rp 1.000.

Sensasi makan bubur gudeg tidaklah sama dengan bubur ayam. Bubur gudeg bisa juga berasa pedas jika diberi lauk sambel goreng krecek. Rasa gurih bubur gudeg ditimbulkan oleh santan yang menjadi cairan utama dalam mengolah bubur. Beda dengan bubur ayam yang minim santan sehingga terasa lebih hambar.

Bu Rus bersama suaminya, Sukoco, siap melayani konsumen
Rasa gurih bubur gudeg ini akan semakin lengkap dengan kucuran kuah opor yang disebut areh oleh orang Jawa. Kuah sambel goreng krecek yang pedas akan menohok tenggorok dengan sensasi nyos yang membuat syaraf seperti terbangunkan di pagi hari. Mungkin karena itulah bubur gudeg sangat cocok untuk kuliner sarapan pagi.

Gudeg yang kuat pada rasa manis (sedikit samar rasa asinnya) menjadi hentakan rasa lain pada dominasi rasa gurih bubur dan areh. Daun papaya yang tidak pahit memberikan sentuhan kesegaran yang dapat menjadi penawar dari rasa eneg karena dominasi areh yang gurih.

Bagi Tembi areh yang disantap di warung Bu Rus terasa kurang kental dan rasanya masih kurang mengigit. Tekstur gudegnya juga terasa masih kurang “mlonyoh”. Namun semua itu mungkin juga berkait dengan selera masing-masing.

Telur yang dimasak opor semalaman menjadikan telur tersebut relatif keras dan tidak “mblenyek” ketika dipecahkan di piring. Telur yang demikian ini dikenal dengan istilah “gempi”. Krecek atau krupuk kulit yang “kiyel-kiyel” melengkapi sensasi bersantap pagi. Bubur memiliki efek adem di perut, tidak “mrongkol” seperti halnya nasi. Jadi memang pas untuk suasana pagi ketika usus belum lagi menggeliat dengan kekuatan penuh.

Bubur gudeg bisa dikatakan hanya bisa dinikmati pagi hingga menjelang siang hari. Bubur ini akan lebih nikmat disantap ketika masih panas karena memberikan efek “kemepyar”.

Warung Bu Rus biasanya buka pukul 05.30-10.00 WIB. Jadi bagi yang ingin menikmati bubur gudeg harap datang tidak lebih dari jam itu. Selepas itu Anda akan kesulitan menemukan sensasi bubur gudeg. Warung gudeg Bu Rus tutup total di bulan Ramadan dan hari Lebaran. Bu Rus yang asli warga Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, dalam berjualan selalu didampingi suaminya, Sukoco. Bu Rus mulai merintis jualan gudeg sejak 1997.

Warung gudeg Bu Rus dilihat dari Jl. Parangtritis
Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya

Senin, 04 Agustus 2014

Resep Sambel Goreng Taoco dalam Majalah Kajawen 1936

Majalah Kajawen terbitan 1936 yang memuat resep sambel goreng taoco

Satu lagi kuliner tradisional Jawa yang dimuat dalam Majalah Kajawen yang beraksara dan berbahasa Jawa terbitan tahun 1936, yaitu “Sambel Goreng Taoco”. Resep ini dihadirkan oleh seorang wanita Jawa bernama Raden Nganten (R Ngt) Pujirah.
Ia berbagi resep ini untuk para pembaca Majalah Kajawen, yang kala itu hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan dan pedagang kelas menengah dan atas saja. Maka tidak heran, bahwa masakan ini, pada zaman dulu hanya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan saja. Namun saat ini tentunya siapa saja boleh mengonsumsi dan merasakannya.
Dengan bahasa dan aksara Jawa, resep kuliner ini disajikan dengan bahasa yang lugas, seperti pada resep sebelumnya, yakni “Terik Garing Daging Lembu”. Pada resep kedua ini, Pujirah menyampaikan bahwa bahan-bahan untuk membuat kuliner “Sambel Goreng Taoco” adalah sebagai berikut: hati (sapi, bisa juga lainnya seperti hati ayam) yang berkualitas bagus yang diiris-iris kecil. Hati sebagai bahan utama. Sayangnya tidak disebutkan beratnya. Jadi, bisa dikira-kira sendiri sesuai dengan porsi yang diinginkan.
Lalu bumbunya adalah: bawang merah, bawang putih (dalam teks disebut dalam bahasa Jawa, brambang bawang), lengkuas, serai, asam, gula Jawa, terasi, cabe merah, cabai hijau dan garam secukupnya. Proporsi semua bumbu tersebut secukupnya. Bumbu lain berupa taoco juga secukupnya.
Cara memasaknya sebagai berikut: Bawang putih dan merah diiris tipis-tipis, cabai dibuang isinya lalu diiris tipis-tipis juga. Sere dan lengkuas juga diiris. Semua bumbu tersebut digongso dengan minyak goreng sedikit di atas wajan. Tidak lupa ditambahkan bumbu lain, seperti gula Jawa dan garam secukupnya. Jika bumbu yang digongso telah matang, irisan hati dimasukkan bersama dengan taoco, diaduk hingga rata, kemudian santan dimasukkan secukupnya. Setelah itu masakan ditutup sebentar hingga masak.
Resep sambel goreng taoco dalam tulisan Jawa
Demikian resep dan cara memasak kuliner tradisional berupa “Sambel Goreng Taoco” ala Majalah Kajawen tahun 1936.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya

Selasa, 22 Juli 2014

Bakmi Jawa Pak Rebo di Jalan Katamso

Bakmi nyemek khas Pak Rebo
Ada banyak penjual kuliner bakmi Jawa, atau sering ditulis bakmi jowo, di Yogyakarta. Ada penjual yang mengambil lokasi di tengah kota, seperti bakmi Kadin, bakmi Babilon, bakmi mbah Hadi, bakmi Pak Rebo atau di tengah dusun dan dikenal luas seperti bakmi mBah Mo, yang berada di Dusun Code, Bantul.
Salah satu penjual atau warung kuliner bakmi Jawa yang di tengah kota, tepatnya di Jalan Brigjen Katamso, adalah Bakmi Jawa Pak Rebo. Letaknya, hanya sekitar 1 km dari Keraton Yogyakarta dan hanya kira2 200-an meter sebelah timur dari benteng yang mengelilingi keraton.

Warung Bakmi Pak Rebo nyaris tidak pernah sepi pembeli. Saat Tembi datang ke warung itu akhir November lalu sekitar pukul 20.00 sudah menunggu lebih dari 10 orang. Tetapi, meski menunggu antrian, pesanan tak butuh waktu lama untuk tersaji, karena ada dua anglo dan wajan untuk memasak pesanan.

Pesanan minuman berupa teh jahe panas, seperti biasa disajikan lebih dulu. Panas airnya mendidih, bukan diambil dari termos, sehingga jahenya matang. Rasa hangat jahe dan panas air teh segera mengalir ke tubuh, dan beberapa sruputan, tubuh menjadi semakin hangat dan mulai berkeringat.

Satu piring kuliner bakmi Jawa nyemek, tanpa kepala ayam, sayap, dan jeroan pun segera terhidang. Cukup bakmi nyemek, disertai daging suwiran. Telornya memang khas bakmi Pak Rebo, ialah telor bebek.

Rasa gurih bakmi sangat melekat. Kuah dan telor telah menyatu, sehingga seperti santan. Perpaduan bumbu bakmi dan telor bebek membuat rasa gurihnya sangat kental dan seolah terus terbawa sampai ke rumah.

Kuliner Bakmi Jawa Pak Rebo memang sudah lama. Pada spanduk yang ditempel di dinding ruang makan, tertulis sejak tahun 1940, dan sekarang diteruskan oleh generasi kedua. Jadi Bakmi Pak Rebo bisa disebut memiliki ‘rasa warisan’ dari pendahulunya. Harga sepiring bakmi hanya Rp 15.000, dan porsinya cukup besar, sehingga sekali makan, perut langsung terasa kenyang.

Bersumber dari : Tembi.Net

Senin, 23 Juni 2014

Sensasi Kuliner Vegetarian Di Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya

Warung Dhahar Pulo Segaran di Tembi Rumah Budaya kembali merilis food promo, tepatnya April Food Promo. Ada pun kuliner - kuliner yang dirilis adalah Gudangan Pare, Penyet Terong Bakar Ungu, dan Es Tape Cendol. Sesuai komitmen Tembi, semua kuliner tetap berbasis pada kuliner Yogyakarta namun jelas dengan standar kebersihan dan kesehatan yang terjamin.



Gudangan Pare tidak sepenuhnya merupakan gudangan (urap) pare. Akan tetapi gudangan dengan topping pare. Gudangan ini terdiri dari aneka sayuran yang dikukus kemudian dicampur bumbu rempah yang sebelumnya telah dicampur dengan parutan kelapa muda yang juga telah dikukus. Pare yang menjadi topping-nya juga dikukus, namun kemudian dibakar dengan terlebih dulu diolesi bumbu bakaran. Usai itu pare dicincang.

Nah, paduan dari semuanya itu menghasilkan rasa yang sangat kaya. Urap atau gudangan memang sedikit cenderung berasa manis. Namun manis ini hanya samar-samar karena juga ada rasa gurih yang cukup dominan yang dipresentasikan oleh parutan kelapa muda. Rasa asin yang sangat samar menjadi paduan yang pas dari semuanya itu.

Aroma yang disuguhkan gudangan sangat menggugah selera. Sedangkan pare bakar sebagai topping-nya menjadi sentuhan khas kesegaran pare dengan aroma sedikit sangit karena proses pembakarannya. Memang ada nuansa rasa pahit. Namun rasa pahit itu demikian tipis dan justru menjadi daya pikat yang nagih dari semua rasa yang dominan dari menu ini.


Menu Penyet Terong Bakar Ungu tidak kalah menarik. Sengaja dipilih terong ungu karena lebih cantik dalam presentasi dan rasanya sedikit lebih manis daripada terong hijau. Penyet Bakar Terong Ungu merupakan menu vegan yang di samping sehat juga memikat mata sekaligus lidah.

Kuliner ini diproses dengan menggoreng terong terlebih dulu dan kemudian baru dibakar. Terong dibelah tengah dan dipenyet dengan sambal yang kadar kepedasannya sedang-sedang saja bagi kebanyakan lidah Indonesia.

Namun jangan khawatir, kuliner ini disajikan pula sambal terpisah dalam wadah (cawan) mungil. Jadi, untuk yang gemar pedas boleh memuaskan diri dengan sambal tambahan. Rasa sedikit manis pada terong yang beraroma khas karena proses pembakaran serta olesan sambal yang berani dalam takaran unsur bumbu, menjamin kenikmatan lidah untuk meresapi sensasi rasa nikmat yang ditimbukannya.



Usai menyantap dua kuliner tersebut, Anda masih diajak untuk menyegarkan mulut dan menyempurnakan bersantap dengan Es Tape Cendol. Kuliner Minuman ini terasa ringan dan menyegarkan. Bisa melegakan, dan mengakhiri prosesi bersantap yang paripurna. Rasa manis dari sirup, tape singkong, dan perasan jeruk lemon yang cenderung asam segar dan khas aromanya, disarankan untuk tidak ditinggalkan.








Untuk dapat menikmati Gudangan Pare cukup dengan merogoh kocek 12.600 rupiah saja. Sedangkan untuk Penyet Terong Bakar Ungu cukup dengan harga 10.800 rupiah. Es Tape Cendol sendiri dibanderol dengan harga 8.100 rupiah. Untuk yang gemar dengan kuliner vegetarian, April Food Promo Warung Dhahar Pulo Segaran wajib dicoba.

Bersumber dari : http://tembi.net/