Minggu, 30 November 2014

Mari Mencicipi Sambal Belut



Kuliner dari daging belut memang belum populer. Tapi, bukan berarti hidangan dari ikan bertubuh panjang seperti ular dan licin itu tak bisa disulap menjadi sajian nan nikmat. Misalnya, sambal belut dan belut goreng.

Penasaran, dong, ingin mencicipi? Nah, kalau Anda sedang berlibur atau bertugas ke Yogyakarta, jangan lupa mampir ke Warung Sambel Welut Pak Sabar. Kedai milik Sabar yang berdiri tahun 1996 silam ini terletak di Jalan Imogiri Barat KM 6 Dokaran, Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Tak terlalu sulit menemukan kedai yang buka dari jam 10 pagi sampai 10 malam ini. Dari pusat Kota Yogyakarta, arahkan saja kendaraan Anda ke selatan menuju Pojok Benteng Timur. Jika datang dari Jalan Brigjen Katamso, belokkan kendaraan Anda ke kiri. Di pertigaan pertama, belok kanan masuk ke Jalan Sisingamangaraja. Susuri jalan ini hingga bertemu Jalan Lingkar alias Ringroad Selatan.

Dari situ, Anda masih harus berjalan lurus ke selatan sekitar 1,5 kilometer. Lalu, belokkan kendaraan Anda masuk ke gang keempat yang berada di sisi kiri. Setelah menyeberang jembatan, Anda akan menemukan papan nama bertuliskan Warung Sambel Welut Pak Sabar di dekat masjid yang ada di sebelah kanan jalan. Kedai tersebut agak menjorok ke dalam, tak jauh dari masjid.

Bangunan kedai ini sebetulnya biasa saja, jauh dari kesan mewah. Dindingnya terbuat dari kayu dan bambu. Di dalam kedai, tersedia belasan kursi dan meja panjang yang bisa menampung pengunjung lebih dari 50 orang. Meski sederhana dan letaknya agak terpelosok, dari pigura foto yang terpajang di dinding, Anda bisa tahu, tak sedikit selebritas yang pernah singgah ke kedai ini.

Sesuai namanya, hidangan favorit kedai ini adalah sambal belut. Tentu, tak lengkap menikmati sambal belut tanpa belut goreng ataupun oseng belut cabai hijau. Dan, Sabar mematok harga hidangan bukan dalam satuan porsi, melainkan dalam satuan kilogram bobot belut hidup. Untuk semua hidangan, harganya sebesar Rp 75.000 sekilogram.

Cuma, Anda tak harus memesan satu hidangan hingga satu kilogram, lo. Kalau cuma berdua, Anda bisa, kok, memesan sambal belut satu porsi yang biasanya dibuat dari tiga ons belut. Namun, khusus oseng belut, Anda harus memesan minimal 0,5 kg belut.

Pakai tungku kayu

Setelah memesan, Anda harus rela menunggu cukup lama. Maklum, belut yang dihidangkan di kedai ini merupakan belut segar. Setelah Anda memesan, barulah Sabar mengolah belut yang masih hidup untuk dijadikan hidangan spesial sesuai pesanan. Tapi, kalau tak ingin menunggu terlalu lama, Sabar menyarankan, Anda memesan lewat telepon terlebih dahulu. Soalnya, “Kalau sedang ramai, pengunjung bisa menunggu hingga dua jam,” ungkap Sabar.

Setelah matang, sambal belut bersama belut goreng dan oseng belut yang masih hangat bakal tersaji di meja, ditemani lalap mentimun, daun kemangi, dan daun bayam rebus. Oseng belut yang bertabur potongan tomat dan sayuran tampak menarik. Namun, belut gorengnya juga tak kalah menggoda.

Tentu saja, yang pertama mesti dinikmati adalah menu andalan racikan Sabar: sambal belut. Warna hidangannya memang tampak pucat, meski berhias gerusan cabai merah dan cabai hijau. Namun, saat sampai di mulut, rasanya sungguh menggugah selera.

Rasa gurih dari daging belut berpadu dengan rasa pedas nan segar. Sangat nikmat disantap bersama nasi yang masih hangat. Mantap. Oh, iya, Anda bisa memesan tingkat kepedasan sambal belut sesuai selera.

Sebetulnya, Sabar menjelaskan, bumbu sambal belut buatannya biasa saja, lantaran terbuat dari bawang, garam, cabai. Yang bikin istimewa, Sabar menambahkan kencur untuk menghasilkan aroma dan rasa yang segar.

Selain itu, proses memasaknya juga beda. Pertama-tama belut digoreng setengah matang lalu diambil dagingnya. Kemudian, daging belut ditumbuk bersama bumbu. “Kalau orang lain, daging tidak dipisah sehingga tulang belut ikut ditumbuk,” katanya.

Tentu, sayang membiarkan belut goreng tergeletak begitu saja. Apalagi, dagingnya begitu empuk. Rasanya gurih dan nikmat. Cocok menjadi teman sambal belut. Daging belut goreng itu juga tak bau amis karena Sabar menambahkan kunyit ke dalam bumbunya.

Oseng belut bikinan Sabar juga tak kalah nikmat. Perpaduan rasa gurih dan manis yang menyegarkan bakal memanjakan lidah Anda. Oh, iya, semua hidangan racikan Sabar dimasak menggunakan tungku kayu. Cara ini sengaja dipilih Sabar agar hidangannya menghasilkan rasa yang lebih nikmat dan bebas dari bau minyak.

Untuk teman makan, ada teh manis dengan gula batu yang bakal menyegarkan kerongkongan Anda. Jadi, silakan mampir ke kedai ini saat Anda pergi ke Yogyakarta.

(Herry Prasetyo/Sumber: Mingguan KONTAN)

Jumat, 14 November 2014

Lotek Bu Nur



Seperti halnya kuliner gudeg yang terkenal di Yogya, kuliner yang satu ini pun tidak kalah enaknya yaitu lotek yang mudah ditemukan di Yogya. Dibanyak tempat, apalagi malam hari, menemui gudeng mudah untuk dicari. Berbeda dengan lotek, yang buka pada siang hari. Biasanya, jam 9 warung lotek sudah buka, meski siang hari pelanggan baru pada datang. Biasnya, sore hari, pukul 5, atau bahkan pukul 4, warung lotek sudah tutup.

Ini ada warung lotek yang telah memiliki pelanggan, dan tidak hanya menyediakan lotek, tetapi ada jenis menu sayuran lain. Yang tidak ketinggalan menu gado-gado. Maka, warungnya dikenal dengan nama ‘’Warung Lotek-Gado-gado ‘Bu Nur’”. Lokasinya di jalan Parangtritis Km 7, dekat dengan kampus ISI (Institut Seni Indonesia), Yogyakarta.

Berulangkali, kuliner ‘Tembi’ telah mampir di warung ‘Bu Nur’ ini dan pesannya selalu sama, lotek, cabainya satu saja. Namun, sesekali pernah juga mencoba gado-gado. Minuman  LOTEK BU NURkhas, juice sirsak atau juice jambu. Pilihan menu dan minuman, menambah rasa segar di tubuh.

Saat siang hari, pada jam makan siang, warung ‘Bu Nur’ penuh pelanggan. Tidak jarang antri cukup banyak. Namun begitu, tidak menunggu terlalu lama, meski pelanggan banyak yang datang. Kebanyakan anak-anak muda. Biasanya pula mengambil tempat duduk lesehan. Namun bukan berarti warung ‘Bu Nur’ monopoli anak-anak muda. Orang dewasa, yang suka pada lotek, mudah sekali dilihat menikmati lotek atau gado-gado di warung ‘Bu Nur’ ini.

Terhadap kuliner ‘Tembi; penjualnya seperti sudah hapal apa yang akan dipesan. Mungkin karena selalu menu dan minuman sama yang dipesan, setiap kali ke warung ‘Bu Nur”.

“Juice sirsaknya habis’ begitu kuliner masuk warung dan mendekati penjaga warung

“Ya, juice jambu biji” kata kuliner Tembi

‘Tanpa es ya” tanya pelayan warung‘Begitulah” kata kuliner Tembi. Dan sama-sama tertawa.



Rasa lotek di warung ‘Bu Nur’ ini memang ‘joss’. Meski sudah berkali-kali makan lotek, tidak membuatnya bosan. Selalu saja, dalam jarak waktu tertentu ingin kembali ke warung lotek ini, untuk menikmati lotek, dan tentu saja juice. Bumbu kacangnya memang betul-bentul bumbu kacang yang ditumbuk di cowek. Perempuan yang menyiapkan pesanan lotek seperti sudah terbiasa menumbuk kacang, sehingga cepat sekali kacang berubah menjadi lembut. Teman lainnuya sudah menyiapkan sayuran lotek dan tinggal dimasukkan ke cowek yang sudah ada bumbunya. Jadi, dengan cepat pesanan lotek diantar pada pemesan.

Selain pelanggan yang makan di warung, ternyata tidak sedikit pelanggan yang memesan dan dibungkus untuk dibawa pulang. Karena itu, meski di warungnya hanya ada 2-3 orang yang sedang makan, penjualnya tidak berhenti menumbuk/menguleg kacang di cowek dan teman lainnya menyiapkan sayuran,  sebab pembeli yang memesan akan mengambil jika pesanan selesuai dibuat.



Selain gudeg, lotek merupakan jenis menu ‘khas’ Yogya yang lain. Dibanyak tempat di Yogya, penjual lotek tidak terlalu sulit untuk ditemukan. Asal bukan malam hari. Sebab, warung lotek, sore hari biasanya sudah tutup. Warung lotek yang memiliki banyak pelanggan, biasanya membuka cabang di beberpa tempat di Yogya, salah sattunya warung lotek Colombo, yang membuka cabang di beberapa lokasi. Warung lotek ‘Bu Nur’ inipun ada tulisan ‘cabang Colombo’. Ini artinya, lotek ‘Bu Nur’ merupakan lotek cabang Colombo yang sudah cukup dikenal di Yogyakarta.

Kita tahu, adalah lotek jenis menu yang sedikit sekali menggunakan minyak goreng, kecuali pada bumbu kacang, kerupuk sebagai kelenngkapan lotek dan bakwan goreng, yang diiris-iris dan dicampur dengan lontong dan sayuran.

Maka, kalau ke Yogya, jangan lewatkan lotek.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya

Senin, 03 November 2014

Rasa Pekat Gudeg Yu Narni yang Lezat

Gudeg krecek suwir pakai telur
Bicara tentang kuliner khas Yogyakarta tak bisa lepas dari kuliner gudeg. Bicara tentang gudeg tidak bisa mengabaikan kawasan Barek, Sleman. Dan bicara tentang gudeg Barek tak bisa melewatkan nama Yu Narni, salah satu dari tiga produsen gudeg besar di daerah ini, di samping Yu Djum dan Hj Amad. Gudeg Yu Narni adalah milik bu Narni Suwardi, yang memang berasal dari Barek --atau dalam lidah Jawa, mBarek.

Gudeg Yu Narni memang memiliki cita rasa yang memadai dengan kepopulerannya. Mungkin karena rasa gudegnya yang tergolong pekat, atau dalam istilah beberapa orang, ‘medok’. Rasa ‘medok’ ini terasa pada semua komponen gudegnya, termasuk areh, krecek, bahkan telur pindangnya. Selain bumbunya meresap, bahannya juga dari ayam kampung dan telur bebek, sehingga rasanya lebih mencuat. Dengan demikian cita rasanya memang lebih mantap dan lebih lama menetap di lidah. Rasa gudegnya tidak terlalu manis, ini mungkin juga salah satu kekhasannya. Ada sedikit asin yang menambah rasa nikmatnya.

Mas Dony, putra bu Narni, yang membantu mengelola
cabang di Jalan Magelang
Gudegnya tergolong gudeg kering. Awalnya, kata Dony Sukma Anggara (32 tahun), putra bu Narni (56 tahun), gudeg buatan kakek dan ibunya masih berupa gudeg basah. Namun dengan pertimbangan ekonomis, ibunya beralih ke gudeg kering yang memang lebih awet. Gudeg kering Yu Narni bisa bertahan 24-36 jam. Di Yogya penjual gudeg kering kini memang jauh lebih banyak dibanding gudeg basah.

Yang juga jelas awet adalah usia usaha gudeg yang dirintis keluarga bu Narni. Diawali oleh Mbah Wito yang menjajakan gudegnya dengan digendong pada sekitar tahun 1945. Menurut Dony, eyangnya berjualan dari Barek sampai sekitar Tugu. Kemudian Mbah Wito mendirikan warung gudeng di Kebon Dalem yang cukup laris, dibantu anaknya, bu Narni, yang saat itu masih kanak-kanak.

Menjelang akhir 1970-an terjadi estafet antar generasi dari Mbah Wito ke Bu Narni. Nama warung gudeg Mbah Wito perlahan kemudian berubah menjadi Yu Narni. Papan nama yang mencantumkan nama keduanya masih dapat dilihat di dalam warung di Kebon Dalem, di belakang etalase. Tertulis di sana: “Gudeg yang Pertama, ‘Bu Wito/Narni’ (Asli dari Mbarek), Telp. 543713, Buka: 06.00 – 21.00.”

Papan nama gudeg di Kebon Dalem jaman dulu, masih memakai
dua nama: “Bu Wito/Narni”
Karena semakin laris dan dikenal, pada tahun 1990-an Bu Narni membuka warung gudeg di rumahnya di Jl. Kaliurang Km 4,5. Awalnya, kata Dony, ibunya juga menjual nasi ramesan, selain gudeg. Namun kemudian khusus hanya menyediakan gudeg, yang memang terbukti ampuh kehandalannya.

Bu Narni kemudian membuka cabang lagi dengan bantuan anak-anaknya. Pada tahun 2002, tutur Dony, bu Narni membuka cabang di Magelang tapi hanya bertahan dua tahun. Setahun kemudian, pada 2003, cabang di Jalan Palagan Tentara Pelajar dibuka, dibantu si sulung Dedi. Lantas pada 2011 giliran cabang di Jalan Magelang Km 11 Tridadi dibuka, dibantu Dony. Sedangkan Dyah, anak ketiga bu Narni, membantu ibunya di Barek. Adapun warung di Kebon Dalem, karena kecil dan sederhana, ditunggu oleh stafnya.

Meski banyak cabang, semua gudegnya dimasak dan diolah di Barek, lantas didistribusikan ke semua cabang. Dengan demikian cita rasanya tetap standar dan kualitasnya terjaga.

Saudara-saudara bu Narni juga terjun di bisnis gudeg. Menurut Dony, dari enam anak mbah Wito, empat orang di antaranya melanjutkan usaha gudeg. Gudeg Campur Sari yang populer dengan nama Gudeg Batas Kota, misalnya, adalah milik kakak bu Narni. Bahkan jika dirunut ke atas Yu Djum dan Mbah Wito masih bersaudara karena, kata Donny, Yu Djum adalah adik mbah Wito putri, jadi adik ipar mbah Wito kakung.

Panci-panci gudeg, areh, telur pindang dan krecek
Harganya juga tergolong murah, atau setidaknya, standar. Gudeg krecek/telur Rp 8.000, gudeg telur/tahu Rp 9.000. Jika dilengkapi ayam suwir/sayap Rp 10.000, ati ampela Rp 13.000, kepala/paha Rp. 14.000, paha atas/dada Rp 24.000.

Jam buka warung gudeg Yu Narni berbeda-beda meski selisihnya sedikit. Yang paling pagi dan lama jam bukanya adalah warung pusat di Barek buka pukul 05.00 sampai pukul 21.00. Warung di Kebon Dalem, pukul 05.30 – 20.30. Dan warung di jalan Magelang, pukul 06.00 – 19.00. 

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya