Sabtu, 11 April 2015

Nuansa Ungu Nan Mengundang Selera

Promo kuliner Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya untuk bulan Maret 2015 ini adalah Es Kencono Wungu dan Sego Telo Semeru. Dua jenis menu kuliner berbasis tradisi ini berbahan baku utama ubi ungu atau telo ungu, yang mengandung antioksidan tinggi. Oleh karenanya sangat baik untuk kesehatan. Untuk itu pulalah WD Pulo Segaran mengkreasinya menjadi menu olahan yang tidak saja cantik dipandang, nikmat di lidah, namun juga berdampak sangat baik bagi kesehatan.

Sego Telo Semeru yang menjanjikan kenikmatan
Sego Telo Semeru yang diolah dari beras organik pilihan serta ubi ungu menghadirkan tampilan yang segera saja memikat mata dan hasrat nafsu makan. Bagaimana tidak, Sego Telo Semeru ini disajikan dalam wujud tumpeng kecil berwarna ungu cantik karena merupakan perpaduan nasi organik dan telo ungu. Nasi yang diolah mirip nasi gurih (nasi uduk) ini terasa gurih di lidah. Di samping pulen, rasa gurihnya yang tidak terlalu menghentak memberi sensasi gurih nan lembut.

Sego Telo Semeru mengingatkan kita pada Gunug Semeru yang melegenda di Jawa. Warna ungu dan bentuknya yang memang dibuat mirip gunung mungil itu membawa imajinasi seolah menikmati nasi yang nikmat di alam sekitar Gunung Semeru. Suguhan menu ini menjadi klop dan menyatu dengan lauk berupa ayam bacem, tahu bacem, dan tempe bacem. Ayam bacemnya yang empuk dengan bumbu yang meresap sampai ke serat dagingnya memberikan kenikmatan yang tidak mudah untuk dilupakan. Juga dengan tahu bacem dan tempe bacemnya.

Bagi Anda yang kurang suka dengan olahan baceman, bisa pesan ayam goreng, tempe, dan tahu goreng biasa untuk teman Sego Telo Semeru ini. Namun kami rekomendasikan Anda menyantapnya dengan lauk baceman. Sambal dan lalapan yang menemani menu ini akan melengkapi kenikmatan menyantap Sego Telo Semeru ini. Untuk menikmati sensasi kenikmatan menu Sego Telo Semeru lengkap Anda cukup membayar Rp 27.000 saja.

Kenikmatan menyantap Sego Telo Semeru akan menjadi kian sempurna jika Anda memadukannya dengan minum Es Kencono Wungu, yakni es yang juga diolah dan diramu dari bahan ubi ungu, susu cokelat, dan madu. Es ini sesuai benar dengan namanya, Kencono Wungu yang artinya kurang lebih emas yang berwarna ungu. Kemilau dan cantik dalam warna ungu yang bernuansa misterius. Rasa manis yang merupakan paduan susu cokelat, ubi ungu, dan madu ini terasa pas benar di lidah. Ini bukan lain karena takaran bahan-bahannya memang berada dalam sentuhan tangan chef yang berpengalaman di WD Pulo Segaran. Untuk menikmati Es Kencono Wungu Anda hanya diminta membayar Rp 7.200 saja.

Es Kencono Wungu melengkapi
kenikmatan Sego Tono Wungu
Kesempurnaan bersantap semua menu itu mungkin akan benar-benar paripurna jika Anda juga memesan menu dessert-nya yang kami namakan Kue Yuni Ayu. Ya, memang semuanya ayu-ayu atau cantik-cantik dan serba bernuansa ungu. Kue ini merupakan olahan dari ubi ungu yang dijadikan bungkus pisang kapok kuning yang kemudian dikukus, dipotong melintang, dan diberi sentuhan terakhir berupa kucuran santan kental. Rasanya yang manis dan sedikit gurih santan menjadi pencuci mulut yang sempurna bagi santapan di atas. Untuk satu porsi dessert Kue Yuni Ayu ini Anda dipersilakan membayar Rp 8.100 saja.

Bersumber dari Tembi Rumah Budaya

Kamis, 05 Februari 2015

Bakmi Jawa ‘Isih Murah’ Tidak Sekadar Murah

Warung bakmi yang sederhana di tengah dusun

“Hari gini masih ada bakmi Jawa seharga Rp 8.000 per porsi?”

Mungkin begitu komentar anak gaul saat memesan bakmi Jawa di warung ‘Isih Murah’ di Dusun Dagan, Timbulharjo, Sewon, Bantul. Komentar yang wajar jika melihat lazimnya harga bakmi sekitar Rp 12.000 per porsi, atau paling murah Rp 10.000 per porsi.

Ketika harga BBM baru naik pada November 2014, harga bakmi di warung ini Rp 7.000, masih harga lama. Kenaikan Rp 1.000 setelah semua harga bahan masaknya naik. “Harganya dinaikkan karena bahan-bahan pada naik. Beras dari Rp 8.000 jadi Rp 9.200, telur dari Rp 17.000 jadi Rp 22.000,” ujar bu Yono, pemilik warung ‘Isih Murah’.

Harga Rp 8.000 ditetapkan bu Yono dan pak Yono untuk semua menu, yakni bakmi goreng, bakmi rebus, nasi goreng, dan nasi magelangan. Harga ini terasa semakin murah karena daging ayam yang digunakan adalah daging ayam kampung.

Bakmi goreng dengan rasa gurih dan manis yang pas
 
Lha kok murah banget, apa tidak rugi? “Beginilah kalau di dusun, tidak bisa harga tinggi,” kata pak Yono dengan nada maklum, bukan mengeluh.

Toh nyatanya warung ini selalu ramai setiap hari. Buka menjelang maghrib hingga sekitar pukul satu pagi. Menjelang tengah malam warung ini semakin ramai. Setiap hari, menurut bu Yono, rata-rata warung ini menghabiskan 2 ekor ayam, 2 kilogram bakmi, dan 3 kilogram beras.

Bakmi godog dengan kuah panasnya yang menggoda
Suasana di warung ini memang terasa akrab, baik antara pemilik dan pengunjung, maupun antarpengunjung. Mungkin karena warung ini berada di dalam dusun, yang datang para warga dusun yang sebagian besar sudah saling kenal. Pengunjung setia warung ini tidak hanya dari Dusun Dagan saja tapi juga dari dusun-dusun sekitarnya, antara lain Kowen, Mriyan, Gatak, Gabusan, Ngasem, dan Tembi. Sejumlah seniman tradisi yang tinggal di Kowen seperti dalang Ki Bagong Margiyono dan pemain ketoprak RRI Sugiharto, kerap mengobrol di warung ini, tentu sambil menikmati sedapnya bakmi Jawa olahan pak dan bu Yono.

Suasana guyub, pelayanan ramah dan harga murah ditambah rasa makanan yang nikmat, komplitlah sudah. Di sisi penggorengan, sudah siap dua porsi bumbu, masing-masing untuk menu bakmi dan nasi. Untuk bakmi, kata bu Yono, ditambah bawang merah. Sedangkan untuk nasi goreng, ditambah bawang merah dan bawang putih. Aroma gurihnya mencuat, berpadu dengan rasa manis yang pas. Secara keseluruhan tidak ada rasa yang tajam, semuanya moderat. Kekhasan menu di warung ini adalah tidak memakai merica, yang ternyata tidak mengurangi kesedapannya.

Nasi goreng dengan tampilan sederhana tapi nikmat
Pak dan bu Yono membuka warung bakmi Jawa ini setelah gempa 2006. Sebelumnya bu Yono membuka warung sayuran. Sedangkan pak Yono, hingga kini, bekerja di sebuah pabrik tekstil di Bantul. Mereka dikaruniai dua anak dan satu cucu.

Entah apakah warung bakmi yang berusia sewindu ini pada akhirnya akan diteruskan oleh anak-anak mereka. Yang jelas hingga saat ini, banyak orang --terutama tetangga dan warga dusun sekitarnya-- yang setia berkunjung ke warung ini. Belakangan ini pengunjung dari tempat-tempat yang lebih jauh juga mampir di warung ini.

Untuk mencapai warung ini cukup mudah. Jika melalui jalan Parangtritis dari utara, setelah sedikit melewati bundaran Gabusan, belok ke kiri, masuk ke Jalan Melati Wetan. Teruslah ke arah barat, melalui perempatan, hingga sampai di tikungan, ke selatan sedikit, lalu ke barat sedikit. Di sisi selatan jalan warung ‘Isih Murah’ berada.

Rabu, 28 Januari 2015

Sekali "Nyedot" Mi Janda Bakal Ketagihan



BICARA janda memang tak ada habisnya. Apalagi yang satu ini, Mie Janda Margonda. Tak akan habis ceritanya, karena semakin "disedot" mi-nya semakin banyak ceritanya. Tak percaya? Coba saja.

Mi Janda yang terletak di Jalan Raya Margonda, Pondok Cina, Depok atau di seberang kampus Gunadarma itu memiliki resep khusus. Baik itu dalam pembuatan kuahnya dan mi-nya. Kuah dengan rasa hangat dan gurih serta wangi karena dicampur jahe, pala dan kaldu membuat santap mi pun menjadi bergairah.

Belum lagi campuran tahu, dua telur puyuh rebus, dan baso daging sapi menjadikan kuah yang terpisah dengan mi itu mengandung protein dan lemak yang membuat tubuh pun semakin bertenaga. Seperti terlihat pada menu Mi Janda Super yang menjadi favorit para pembeli.

Mi yang terbuat dari tepung terigu yang dicampur telur terasa lembut di lidah sehingga mulut pun tak hentinya menyedot mi tersebut. Rasa daging ayam di mi tersebut pun terasa begitu gurih. Unsur vitamin dan serat pun diperoleh dari sayuran caisim.

"Berani memang rasanya. Enak, makan satu mangkok saja sudah kenyang, tapi pengen lagi," kata Yanti (27) warga Pancoran Mas, Depok, beberapa waktu yang lalu.

Asisten Supervisor Mie Janda Margonda. Dwi Yudianto menjelaskan, perbedaan mi janda dari mi ayam lainnya adalah bumbu dan pelayanannya. Bumbu mi ayam merupakan resep tersendiri yang dipasok dari Ciriung, Cibinong, Kabupaten Bogor.

"Kuncinya di bawang putih dan tidak pakai MSG. Kami lebih banyak gunakan bawang putih biar lebih wangi dan gurih. Untuk menghilangkan bau daging ayam maka kuah pun dicampur dengan pala," katanya.

Dwi menjelaskan, merek jualan mi janda bukan diperuntukan bagi janda atau menyatakan mi ayam tersebut dibuat oleh janda melainkan janda itu singkatan. Kepanjangan "janda" adalah Jawa-Sunda. Para pemilik merk mi janda ini merupakan orang Jawa dan Sunda. Keempat pemiliknya yaitu Acoy El Haris (38) dari Sunda dan Suwito (39), Saiful Ahmad (40), dan Ahmadun (37) dari Jawa.

"Mereka ini temanan saat kerja di Astra. Mereka pun keluar dan mendirikan usaha kuliner. Karena mereka dari Jawa dan Sunda makanya dikasih nama Janda. Selain itu juga untuk menarik konsumen. Bumbunya pun perpaduan bumbu Jawa dan Sunda. Pertama kali berdiri di Bogor tahun 2008," paparnya.

Dwi menambahkan bahwa untuk mengentalkan nama Janda maka dinding kios pun didominasi warna ungu. Kemudian untuk menimbulkan kesan ceria warna ungu pun dipadu dengan warna kuning. Selain mi janda tersedia juga kwetiau dan bihun mi janda. (Dody Hasanuddin/Dian Anditya Mutiara - travel.kompas)