Sabtu, 11 April 2015

Nuansa Ungu Nan Mengundang Selera

Promo kuliner Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya untuk bulan Maret 2015 ini adalah Es Kencono Wungu dan Sego Telo Semeru. Dua jenis menu kuliner berbasis tradisi ini berbahan baku utama ubi ungu atau telo ungu, yang mengandung antioksidan tinggi. Oleh karenanya sangat baik untuk kesehatan. Untuk itu pulalah WD Pulo Segaran mengkreasinya menjadi menu olahan yang tidak saja cantik dipandang, nikmat di lidah, namun juga berdampak sangat baik bagi kesehatan.

Sego Telo Semeru yang menjanjikan kenikmatan
Sego Telo Semeru yang diolah dari beras organik pilihan serta ubi ungu menghadirkan tampilan yang segera saja memikat mata dan hasrat nafsu makan. Bagaimana tidak, Sego Telo Semeru ini disajikan dalam wujud tumpeng kecil berwarna ungu cantik karena merupakan perpaduan nasi organik dan telo ungu. Nasi yang diolah mirip nasi gurih (nasi uduk) ini terasa gurih di lidah. Di samping pulen, rasa gurihnya yang tidak terlalu menghentak memberi sensasi gurih nan lembut.

Sego Telo Semeru mengingatkan kita pada Gunug Semeru yang melegenda di Jawa. Warna ungu dan bentuknya yang memang dibuat mirip gunung mungil itu membawa imajinasi seolah menikmati nasi yang nikmat di alam sekitar Gunung Semeru. Suguhan menu ini menjadi klop dan menyatu dengan lauk berupa ayam bacem, tahu bacem, dan tempe bacem. Ayam bacemnya yang empuk dengan bumbu yang meresap sampai ke serat dagingnya memberikan kenikmatan yang tidak mudah untuk dilupakan. Juga dengan tahu bacem dan tempe bacemnya.

Bagi Anda yang kurang suka dengan olahan baceman, bisa pesan ayam goreng, tempe, dan tahu goreng biasa untuk teman Sego Telo Semeru ini. Namun kami rekomendasikan Anda menyantapnya dengan lauk baceman. Sambal dan lalapan yang menemani menu ini akan melengkapi kenikmatan menyantap Sego Telo Semeru ini. Untuk menikmati sensasi kenikmatan menu Sego Telo Semeru lengkap Anda cukup membayar Rp 27.000 saja.

Kenikmatan menyantap Sego Telo Semeru akan menjadi kian sempurna jika Anda memadukannya dengan minum Es Kencono Wungu, yakni es yang juga diolah dan diramu dari bahan ubi ungu, susu cokelat, dan madu. Es ini sesuai benar dengan namanya, Kencono Wungu yang artinya kurang lebih emas yang berwarna ungu. Kemilau dan cantik dalam warna ungu yang bernuansa misterius. Rasa manis yang merupakan paduan susu cokelat, ubi ungu, dan madu ini terasa pas benar di lidah. Ini bukan lain karena takaran bahan-bahannya memang berada dalam sentuhan tangan chef yang berpengalaman di WD Pulo Segaran. Untuk menikmati Es Kencono Wungu Anda hanya diminta membayar Rp 7.200 saja.

Es Kencono Wungu melengkapi
kenikmatan Sego Tono Wungu
Kesempurnaan bersantap semua menu itu mungkin akan benar-benar paripurna jika Anda juga memesan menu dessert-nya yang kami namakan Kue Yuni Ayu. Ya, memang semuanya ayu-ayu atau cantik-cantik dan serba bernuansa ungu. Kue ini merupakan olahan dari ubi ungu yang dijadikan bungkus pisang kapok kuning yang kemudian dikukus, dipotong melintang, dan diberi sentuhan terakhir berupa kucuran santan kental. Rasanya yang manis dan sedikit gurih santan menjadi pencuci mulut yang sempurna bagi santapan di atas. Untuk satu porsi dessert Kue Yuni Ayu ini Anda dipersilakan membayar Rp 8.100 saja.

Bersumber dari Tembi Rumah Budaya

Kamis, 05 Februari 2015

Bakmi Jawa ‘Isih Murah’ Tidak Sekadar Murah

Warung bakmi yang sederhana di tengah dusun

“Hari gini masih ada bakmi Jawa seharga Rp 8.000 per porsi?”

Mungkin begitu komentar anak gaul saat memesan bakmi Jawa di warung ‘Isih Murah’ di Dusun Dagan, Timbulharjo, Sewon, Bantul. Komentar yang wajar jika melihat lazimnya harga bakmi sekitar Rp 12.000 per porsi, atau paling murah Rp 10.000 per porsi.

Ketika harga BBM baru naik pada November 2014, harga bakmi di warung ini Rp 7.000, masih harga lama. Kenaikan Rp 1.000 setelah semua harga bahan masaknya naik. “Harganya dinaikkan karena bahan-bahan pada naik. Beras dari Rp 8.000 jadi Rp 9.200, telur dari Rp 17.000 jadi Rp 22.000,” ujar bu Yono, pemilik warung ‘Isih Murah’.

Harga Rp 8.000 ditetapkan bu Yono dan pak Yono untuk semua menu, yakni bakmi goreng, bakmi rebus, nasi goreng, dan nasi magelangan. Harga ini terasa semakin murah karena daging ayam yang digunakan adalah daging ayam kampung.

Bakmi goreng dengan rasa gurih dan manis yang pas
 
Lha kok murah banget, apa tidak rugi? “Beginilah kalau di dusun, tidak bisa harga tinggi,” kata pak Yono dengan nada maklum, bukan mengeluh.

Toh nyatanya warung ini selalu ramai setiap hari. Buka menjelang maghrib hingga sekitar pukul satu pagi. Menjelang tengah malam warung ini semakin ramai. Setiap hari, menurut bu Yono, rata-rata warung ini menghabiskan 2 ekor ayam, 2 kilogram bakmi, dan 3 kilogram beras.

Bakmi godog dengan kuah panasnya yang menggoda
Suasana di warung ini memang terasa akrab, baik antara pemilik dan pengunjung, maupun antarpengunjung. Mungkin karena warung ini berada di dalam dusun, yang datang para warga dusun yang sebagian besar sudah saling kenal. Pengunjung setia warung ini tidak hanya dari Dusun Dagan saja tapi juga dari dusun-dusun sekitarnya, antara lain Kowen, Mriyan, Gatak, Gabusan, Ngasem, dan Tembi. Sejumlah seniman tradisi yang tinggal di Kowen seperti dalang Ki Bagong Margiyono dan pemain ketoprak RRI Sugiharto, kerap mengobrol di warung ini, tentu sambil menikmati sedapnya bakmi Jawa olahan pak dan bu Yono.

Suasana guyub, pelayanan ramah dan harga murah ditambah rasa makanan yang nikmat, komplitlah sudah. Di sisi penggorengan, sudah siap dua porsi bumbu, masing-masing untuk menu bakmi dan nasi. Untuk bakmi, kata bu Yono, ditambah bawang merah. Sedangkan untuk nasi goreng, ditambah bawang merah dan bawang putih. Aroma gurihnya mencuat, berpadu dengan rasa manis yang pas. Secara keseluruhan tidak ada rasa yang tajam, semuanya moderat. Kekhasan menu di warung ini adalah tidak memakai merica, yang ternyata tidak mengurangi kesedapannya.

Nasi goreng dengan tampilan sederhana tapi nikmat
Pak dan bu Yono membuka warung bakmi Jawa ini setelah gempa 2006. Sebelumnya bu Yono membuka warung sayuran. Sedangkan pak Yono, hingga kini, bekerja di sebuah pabrik tekstil di Bantul. Mereka dikaruniai dua anak dan satu cucu.

Entah apakah warung bakmi yang berusia sewindu ini pada akhirnya akan diteruskan oleh anak-anak mereka. Yang jelas hingga saat ini, banyak orang --terutama tetangga dan warga dusun sekitarnya-- yang setia berkunjung ke warung ini. Belakangan ini pengunjung dari tempat-tempat yang lebih jauh juga mampir di warung ini.

Untuk mencapai warung ini cukup mudah. Jika melalui jalan Parangtritis dari utara, setelah sedikit melewati bundaran Gabusan, belok ke kiri, masuk ke Jalan Melati Wetan. Teruslah ke arah barat, melalui perempatan, hingga sampai di tikungan, ke selatan sedikit, lalu ke barat sedikit. Di sisi selatan jalan warung ‘Isih Murah’ berada.

Rabu, 28 Januari 2015

Sekali "Nyedot" Mi Janda Bakal Ketagihan



BICARA janda memang tak ada habisnya. Apalagi yang satu ini, Mie Janda Margonda. Tak akan habis ceritanya, karena semakin "disedot" mi-nya semakin banyak ceritanya. Tak percaya? Coba saja.

Mi Janda yang terletak di Jalan Raya Margonda, Pondok Cina, Depok atau di seberang kampus Gunadarma itu memiliki resep khusus. Baik itu dalam pembuatan kuahnya dan mi-nya. Kuah dengan rasa hangat dan gurih serta wangi karena dicampur jahe, pala dan kaldu membuat santap mi pun menjadi bergairah.

Belum lagi campuran tahu, dua telur puyuh rebus, dan baso daging sapi menjadikan kuah yang terpisah dengan mi itu mengandung protein dan lemak yang membuat tubuh pun semakin bertenaga. Seperti terlihat pada menu Mi Janda Super yang menjadi favorit para pembeli.

Mi yang terbuat dari tepung terigu yang dicampur telur terasa lembut di lidah sehingga mulut pun tak hentinya menyedot mi tersebut. Rasa daging ayam di mi tersebut pun terasa begitu gurih. Unsur vitamin dan serat pun diperoleh dari sayuran caisim.

"Berani memang rasanya. Enak, makan satu mangkok saja sudah kenyang, tapi pengen lagi," kata Yanti (27) warga Pancoran Mas, Depok, beberapa waktu yang lalu.

Asisten Supervisor Mie Janda Margonda. Dwi Yudianto menjelaskan, perbedaan mi janda dari mi ayam lainnya adalah bumbu dan pelayanannya. Bumbu mi ayam merupakan resep tersendiri yang dipasok dari Ciriung, Cibinong, Kabupaten Bogor.

"Kuncinya di bawang putih dan tidak pakai MSG. Kami lebih banyak gunakan bawang putih biar lebih wangi dan gurih. Untuk menghilangkan bau daging ayam maka kuah pun dicampur dengan pala," katanya.

Dwi menjelaskan, merek jualan mi janda bukan diperuntukan bagi janda atau menyatakan mi ayam tersebut dibuat oleh janda melainkan janda itu singkatan. Kepanjangan "janda" adalah Jawa-Sunda. Para pemilik merk mi janda ini merupakan orang Jawa dan Sunda. Keempat pemiliknya yaitu Acoy El Haris (38) dari Sunda dan Suwito (39), Saiful Ahmad (40), dan Ahmadun (37) dari Jawa.

"Mereka ini temanan saat kerja di Astra. Mereka pun keluar dan mendirikan usaha kuliner. Karena mereka dari Jawa dan Sunda makanya dikasih nama Janda. Selain itu juga untuk menarik konsumen. Bumbunya pun perpaduan bumbu Jawa dan Sunda. Pertama kali berdiri di Bogor tahun 2008," paparnya.

Dwi menambahkan bahwa untuk mengentalkan nama Janda maka dinding kios pun didominasi warna ungu. Kemudian untuk menimbulkan kesan ceria warna ungu pun dipadu dengan warna kuning. Selain mi janda tersedia juga kwetiau dan bihun mi janda. (Dody Hasanuddin/Dian Anditya Mutiara - travel.kompas)

Selasa, 30 Desember 2014

Sega Bancakan dan Es Setup Rosella

Sega Bancakan: ayam kampung, areh dan gudangan.
Menu sehat yang lezat
Kuliner tradisional Jawa tak terpisahkan dari Warung Dhahar Pulo Segaran. Kuliner bernuansa tradisioanal memang menjadi andalan yang sering dicari pengunjung warung ini. Apalagi setiap bulannya selalu muncul menu-menu modifikasi baru yang menggoda untuk dicicipi. Pada bulan Desember ini misalnya, muncul kuliner baru Sega Bancakan dan Es Setup Rosella.

Sega Bancakan sangat kental bernuansa Jawa, dengan komponen utama sega abang (nasi merah), ayam kampung, kuah areh, yang dilengkapi dengan krupuk gendar dan gudangan. Areh hadir sebagai primadona yang secara signifikan membentuk rasa.

Rasa gurih ayam kampung disangatkan oleh gurih areh, yang terbuat dari santan kelapa. Areh biasanya dipasangkan dengan gudeg. Namun dipadu dengan nasi merah yang cenderung hambar dan bertekstur keras ternyata cocok. Ditambah lagi dengan gudangan yang cenderung manis dan gurih. Rasa yang muncul lewat bumbu gudangan berupa parutan kelapa dan aneka sayur seperti bayam, wortel, kubis dan tauge. Komponen klasik seperti bawang merah, bawang putih, salam, laos, sereh, daun jeruk, dan gula jawa menguatkan aroma tradisionalnya.

Menu ini relatif sehat. Ada gudangan, yakni sayur yang dikukus. Ada nasi merah yang antioksidan dan seratnya jauh lebih tinggi ketimbang nasi putih. Kandungan seleniumnya bermanfaat untuk mencegah kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Kandungan vitamin dan mineralnya, terutama B1 (thiamin) serta kalsium dan fosfor, lebih tinggi ketimbang beras putih. Selain itu, ayam yang dipakai adalah ayam kampung, yang lebih sehat daripada ayam broiler karena lebih bebas antibiotik. Ayam kampung juga mengandung hemoglobin yang tinggi, serta mempunyai kandungan mineral lebih lengkap.

Es Setup Rosella yang sehat menyegarkan
Bersama Sega Bancakan, minuman Es Setup Rosela ikut menemani. Nama rosella sempat mencuat pada pertengahan tahun 2000an. Utamanya karena khasiat kesehatan yang dikandungnya. Rosella mampu menjadi antioksidan hebat untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh. Karena kadar vitamin C dan beta karotennya tinggi. Rosella juga mengandung kalsium yang tinggi yang baik untuk kesehatan tulang. Selain itu, rosella bermanfaat dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Tanaman ini dipetik dari halaman Tembi Rumah Budaya, yang kian disemarakkan tanaman herbal.

Es Setup Rosella yang disajikan dalam tampilan warna merah dan kuning cukup menggugah selera. Rosella dan sirup berwarna merah, nanas berwarna kuning, kolang kaling dan biji selasih menghiasi isi gelas. Rasa rosella yang sedikit asam menimbulkan sensasi yang menyenangkan, yang diperkuat rasa nanas. Berpadu dengan rasa manis sirup dan “penetral” kolang kaling dan selasih. Efeknya menyegarkan, dan tentu saja, menyehatkan.

Sega Bancakan dibandrol dengan harga Rp 27.000. Sedangkan Es Setup Rosella Rp 8.100. Harga yang tergolong standar. Bolehlah dicoba.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya

Minggu, 30 November 2014

Mari Mencicipi Sambal Belut



Kuliner dari daging belut memang belum populer. Tapi, bukan berarti hidangan dari ikan bertubuh panjang seperti ular dan licin itu tak bisa disulap menjadi sajian nan nikmat. Misalnya, sambal belut dan belut goreng.

Penasaran, dong, ingin mencicipi? Nah, kalau Anda sedang berlibur atau bertugas ke Yogyakarta, jangan lupa mampir ke Warung Sambel Welut Pak Sabar. Kedai milik Sabar yang berdiri tahun 1996 silam ini terletak di Jalan Imogiri Barat KM 6 Dokaran, Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Tak terlalu sulit menemukan kedai yang buka dari jam 10 pagi sampai 10 malam ini. Dari pusat Kota Yogyakarta, arahkan saja kendaraan Anda ke selatan menuju Pojok Benteng Timur. Jika datang dari Jalan Brigjen Katamso, belokkan kendaraan Anda ke kiri. Di pertigaan pertama, belok kanan masuk ke Jalan Sisingamangaraja. Susuri jalan ini hingga bertemu Jalan Lingkar alias Ringroad Selatan.

Dari situ, Anda masih harus berjalan lurus ke selatan sekitar 1,5 kilometer. Lalu, belokkan kendaraan Anda masuk ke gang keempat yang berada di sisi kiri. Setelah menyeberang jembatan, Anda akan menemukan papan nama bertuliskan Warung Sambel Welut Pak Sabar di dekat masjid yang ada di sebelah kanan jalan. Kedai tersebut agak menjorok ke dalam, tak jauh dari masjid.

Bangunan kedai ini sebetulnya biasa saja, jauh dari kesan mewah. Dindingnya terbuat dari kayu dan bambu. Di dalam kedai, tersedia belasan kursi dan meja panjang yang bisa menampung pengunjung lebih dari 50 orang. Meski sederhana dan letaknya agak terpelosok, dari pigura foto yang terpajang di dinding, Anda bisa tahu, tak sedikit selebritas yang pernah singgah ke kedai ini.

Sesuai namanya, hidangan favorit kedai ini adalah sambal belut. Tentu, tak lengkap menikmati sambal belut tanpa belut goreng ataupun oseng belut cabai hijau. Dan, Sabar mematok harga hidangan bukan dalam satuan porsi, melainkan dalam satuan kilogram bobot belut hidup. Untuk semua hidangan, harganya sebesar Rp 75.000 sekilogram.

Cuma, Anda tak harus memesan satu hidangan hingga satu kilogram, lo. Kalau cuma berdua, Anda bisa, kok, memesan sambal belut satu porsi yang biasanya dibuat dari tiga ons belut. Namun, khusus oseng belut, Anda harus memesan minimal 0,5 kg belut.

Pakai tungku kayu

Setelah memesan, Anda harus rela menunggu cukup lama. Maklum, belut yang dihidangkan di kedai ini merupakan belut segar. Setelah Anda memesan, barulah Sabar mengolah belut yang masih hidup untuk dijadikan hidangan spesial sesuai pesanan. Tapi, kalau tak ingin menunggu terlalu lama, Sabar menyarankan, Anda memesan lewat telepon terlebih dahulu. Soalnya, “Kalau sedang ramai, pengunjung bisa menunggu hingga dua jam,” ungkap Sabar.

Setelah matang, sambal belut bersama belut goreng dan oseng belut yang masih hangat bakal tersaji di meja, ditemani lalap mentimun, daun kemangi, dan daun bayam rebus. Oseng belut yang bertabur potongan tomat dan sayuran tampak menarik. Namun, belut gorengnya juga tak kalah menggoda.

Tentu saja, yang pertama mesti dinikmati adalah menu andalan racikan Sabar: sambal belut. Warna hidangannya memang tampak pucat, meski berhias gerusan cabai merah dan cabai hijau. Namun, saat sampai di mulut, rasanya sungguh menggugah selera.

Rasa gurih dari daging belut berpadu dengan rasa pedas nan segar. Sangat nikmat disantap bersama nasi yang masih hangat. Mantap. Oh, iya, Anda bisa memesan tingkat kepedasan sambal belut sesuai selera.

Sebetulnya, Sabar menjelaskan, bumbu sambal belut buatannya biasa saja, lantaran terbuat dari bawang, garam, cabai. Yang bikin istimewa, Sabar menambahkan kencur untuk menghasilkan aroma dan rasa yang segar.

Selain itu, proses memasaknya juga beda. Pertama-tama belut digoreng setengah matang lalu diambil dagingnya. Kemudian, daging belut ditumbuk bersama bumbu. “Kalau orang lain, daging tidak dipisah sehingga tulang belut ikut ditumbuk,” katanya.

Tentu, sayang membiarkan belut goreng tergeletak begitu saja. Apalagi, dagingnya begitu empuk. Rasanya gurih dan nikmat. Cocok menjadi teman sambal belut. Daging belut goreng itu juga tak bau amis karena Sabar menambahkan kunyit ke dalam bumbunya.

Oseng belut bikinan Sabar juga tak kalah nikmat. Perpaduan rasa gurih dan manis yang menyegarkan bakal memanjakan lidah Anda. Oh, iya, semua hidangan racikan Sabar dimasak menggunakan tungku kayu. Cara ini sengaja dipilih Sabar agar hidangannya menghasilkan rasa yang lebih nikmat dan bebas dari bau minyak.

Untuk teman makan, ada teh manis dengan gula batu yang bakal menyegarkan kerongkongan Anda. Jadi, silakan mampir ke kedai ini saat Anda pergi ke Yogyakarta.

(Herry Prasetyo/Sumber: Mingguan KONTAN)

Jumat, 14 November 2014

Lotek Bu Nur



Seperti halnya kuliner gudeg yang terkenal di Yogya, kuliner yang satu ini pun tidak kalah enaknya yaitu lotek yang mudah ditemukan di Yogya. Dibanyak tempat, apalagi malam hari, menemui gudeng mudah untuk dicari. Berbeda dengan lotek, yang buka pada siang hari. Biasanya, jam 9 warung lotek sudah buka, meski siang hari pelanggan baru pada datang. Biasnya, sore hari, pukul 5, atau bahkan pukul 4, warung lotek sudah tutup.

Ini ada warung lotek yang telah memiliki pelanggan, dan tidak hanya menyediakan lotek, tetapi ada jenis menu sayuran lain. Yang tidak ketinggalan menu gado-gado. Maka, warungnya dikenal dengan nama ‘’Warung Lotek-Gado-gado ‘Bu Nur’”. Lokasinya di jalan Parangtritis Km 7, dekat dengan kampus ISI (Institut Seni Indonesia), Yogyakarta.

Berulangkali, kuliner ‘Tembi’ telah mampir di warung ‘Bu Nur’ ini dan pesannya selalu sama, lotek, cabainya satu saja. Namun, sesekali pernah juga mencoba gado-gado. Minuman  LOTEK BU NURkhas, juice sirsak atau juice jambu. Pilihan menu dan minuman, menambah rasa segar di tubuh.

Saat siang hari, pada jam makan siang, warung ‘Bu Nur’ penuh pelanggan. Tidak jarang antri cukup banyak. Namun begitu, tidak menunggu terlalu lama, meski pelanggan banyak yang datang. Kebanyakan anak-anak muda. Biasanya pula mengambil tempat duduk lesehan. Namun bukan berarti warung ‘Bu Nur’ monopoli anak-anak muda. Orang dewasa, yang suka pada lotek, mudah sekali dilihat menikmati lotek atau gado-gado di warung ‘Bu Nur’ ini.

Terhadap kuliner ‘Tembi; penjualnya seperti sudah hapal apa yang akan dipesan. Mungkin karena selalu menu dan minuman sama yang dipesan, setiap kali ke warung ‘Bu Nur”.

“Juice sirsaknya habis’ begitu kuliner masuk warung dan mendekati penjaga warung

“Ya, juice jambu biji” kata kuliner Tembi

‘Tanpa es ya” tanya pelayan warung‘Begitulah” kata kuliner Tembi. Dan sama-sama tertawa.



Rasa lotek di warung ‘Bu Nur’ ini memang ‘joss’. Meski sudah berkali-kali makan lotek, tidak membuatnya bosan. Selalu saja, dalam jarak waktu tertentu ingin kembali ke warung lotek ini, untuk menikmati lotek, dan tentu saja juice. Bumbu kacangnya memang betul-bentul bumbu kacang yang ditumbuk di cowek. Perempuan yang menyiapkan pesanan lotek seperti sudah terbiasa menumbuk kacang, sehingga cepat sekali kacang berubah menjadi lembut. Teman lainnuya sudah menyiapkan sayuran lotek dan tinggal dimasukkan ke cowek yang sudah ada bumbunya. Jadi, dengan cepat pesanan lotek diantar pada pemesan.

Selain pelanggan yang makan di warung, ternyata tidak sedikit pelanggan yang memesan dan dibungkus untuk dibawa pulang. Karena itu, meski di warungnya hanya ada 2-3 orang yang sedang makan, penjualnya tidak berhenti menumbuk/menguleg kacang di cowek dan teman lainnya menyiapkan sayuran,  sebab pembeli yang memesan akan mengambil jika pesanan selesuai dibuat.



Selain gudeg, lotek merupakan jenis menu ‘khas’ Yogya yang lain. Dibanyak tempat di Yogya, penjual lotek tidak terlalu sulit untuk ditemukan. Asal bukan malam hari. Sebab, warung lotek, sore hari biasanya sudah tutup. Warung lotek yang memiliki banyak pelanggan, biasanya membuka cabang di beberpa tempat di Yogya, salah sattunya warung lotek Colombo, yang membuka cabang di beberapa lokasi. Warung lotek ‘Bu Nur’ inipun ada tulisan ‘cabang Colombo’. Ini artinya, lotek ‘Bu Nur’ merupakan lotek cabang Colombo yang sudah cukup dikenal di Yogyakarta.

Kita tahu, adalah lotek jenis menu yang sedikit sekali menggunakan minyak goreng, kecuali pada bumbu kacang, kerupuk sebagai kelenngkapan lotek dan bakwan goreng, yang diiris-iris dan dicampur dengan lontong dan sayuran.

Maka, kalau ke Yogya, jangan lewatkan lotek.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya

Senin, 03 November 2014

Rasa Pekat Gudeg Yu Narni yang Lezat

Gudeg krecek suwir pakai telur
Bicara tentang kuliner khas Yogyakarta tak bisa lepas dari kuliner gudeg. Bicara tentang gudeg tidak bisa mengabaikan kawasan Barek, Sleman. Dan bicara tentang gudeg Barek tak bisa melewatkan nama Yu Narni, salah satu dari tiga produsen gudeg besar di daerah ini, di samping Yu Djum dan Hj Amad. Gudeg Yu Narni adalah milik bu Narni Suwardi, yang memang berasal dari Barek --atau dalam lidah Jawa, mBarek.

Gudeg Yu Narni memang memiliki cita rasa yang memadai dengan kepopulerannya. Mungkin karena rasa gudegnya yang tergolong pekat, atau dalam istilah beberapa orang, ‘medok’. Rasa ‘medok’ ini terasa pada semua komponen gudegnya, termasuk areh, krecek, bahkan telur pindangnya. Selain bumbunya meresap, bahannya juga dari ayam kampung dan telur bebek, sehingga rasanya lebih mencuat. Dengan demikian cita rasanya memang lebih mantap dan lebih lama menetap di lidah. Rasa gudegnya tidak terlalu manis, ini mungkin juga salah satu kekhasannya. Ada sedikit asin yang menambah rasa nikmatnya.

Mas Dony, putra bu Narni, yang membantu mengelola
cabang di Jalan Magelang
Gudegnya tergolong gudeg kering. Awalnya, kata Dony Sukma Anggara (32 tahun), putra bu Narni (56 tahun), gudeg buatan kakek dan ibunya masih berupa gudeg basah. Namun dengan pertimbangan ekonomis, ibunya beralih ke gudeg kering yang memang lebih awet. Gudeg kering Yu Narni bisa bertahan 24-36 jam. Di Yogya penjual gudeg kering kini memang jauh lebih banyak dibanding gudeg basah.

Yang juga jelas awet adalah usia usaha gudeg yang dirintis keluarga bu Narni. Diawali oleh Mbah Wito yang menjajakan gudegnya dengan digendong pada sekitar tahun 1945. Menurut Dony, eyangnya berjualan dari Barek sampai sekitar Tugu. Kemudian Mbah Wito mendirikan warung gudeng di Kebon Dalem yang cukup laris, dibantu anaknya, bu Narni, yang saat itu masih kanak-kanak.

Menjelang akhir 1970-an terjadi estafet antar generasi dari Mbah Wito ke Bu Narni. Nama warung gudeg Mbah Wito perlahan kemudian berubah menjadi Yu Narni. Papan nama yang mencantumkan nama keduanya masih dapat dilihat di dalam warung di Kebon Dalem, di belakang etalase. Tertulis di sana: “Gudeg yang Pertama, ‘Bu Wito/Narni’ (Asli dari Mbarek), Telp. 543713, Buka: 06.00 – 21.00.”

Papan nama gudeg di Kebon Dalem jaman dulu, masih memakai
dua nama: “Bu Wito/Narni”
Karena semakin laris dan dikenal, pada tahun 1990-an Bu Narni membuka warung gudeg di rumahnya di Jl. Kaliurang Km 4,5. Awalnya, kata Dony, ibunya juga menjual nasi ramesan, selain gudeg. Namun kemudian khusus hanya menyediakan gudeg, yang memang terbukti ampuh kehandalannya.

Bu Narni kemudian membuka cabang lagi dengan bantuan anak-anaknya. Pada tahun 2002, tutur Dony, bu Narni membuka cabang di Magelang tapi hanya bertahan dua tahun. Setahun kemudian, pada 2003, cabang di Jalan Palagan Tentara Pelajar dibuka, dibantu si sulung Dedi. Lantas pada 2011 giliran cabang di Jalan Magelang Km 11 Tridadi dibuka, dibantu Dony. Sedangkan Dyah, anak ketiga bu Narni, membantu ibunya di Barek. Adapun warung di Kebon Dalem, karena kecil dan sederhana, ditunggu oleh stafnya.

Meski banyak cabang, semua gudegnya dimasak dan diolah di Barek, lantas didistribusikan ke semua cabang. Dengan demikian cita rasanya tetap standar dan kualitasnya terjaga.

Saudara-saudara bu Narni juga terjun di bisnis gudeg. Menurut Dony, dari enam anak mbah Wito, empat orang di antaranya melanjutkan usaha gudeg. Gudeg Campur Sari yang populer dengan nama Gudeg Batas Kota, misalnya, adalah milik kakak bu Narni. Bahkan jika dirunut ke atas Yu Djum dan Mbah Wito masih bersaudara karena, kata Donny, Yu Djum adalah adik mbah Wito putri, jadi adik ipar mbah Wito kakung.

Panci-panci gudeg, areh, telur pindang dan krecek
Harganya juga tergolong murah, atau setidaknya, standar. Gudeg krecek/telur Rp 8.000, gudeg telur/tahu Rp 9.000. Jika dilengkapi ayam suwir/sayap Rp 10.000, ati ampela Rp 13.000, kepala/paha Rp. 14.000, paha atas/dada Rp 24.000.

Jam buka warung gudeg Yu Narni berbeda-beda meski selisihnya sedikit. Yang paling pagi dan lama jam bukanya adalah warung pusat di Barek buka pukul 05.00 sampai pukul 21.00. Warung di Kebon Dalem, pukul 05.30 – 20.30. Dan warung di jalan Magelang, pukul 06.00 – 19.00. 

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya