Kamis, 05 Februari 2015

Bakmi Jawa ‘Isih Murah’ Tidak Sekadar Murah

Warung bakmi yang sederhana di tengah dusun

“Hari gini masih ada bakmi Jawa seharga Rp 8.000 per porsi?”

Mungkin begitu komentar anak gaul saat memesan bakmi Jawa di warung ‘Isih Murah’ di Dusun Dagan, Timbulharjo, Sewon, Bantul. Komentar yang wajar jika melihat lazimnya harga bakmi sekitar Rp 12.000 per porsi, atau paling murah Rp 10.000 per porsi.

Ketika harga BBM baru naik pada November 2014, harga bakmi di warung ini Rp 7.000, masih harga lama. Kenaikan Rp 1.000 setelah semua harga bahan masaknya naik. “Harganya dinaikkan karena bahan-bahan pada naik. Beras dari Rp 8.000 jadi Rp 9.200, telur dari Rp 17.000 jadi Rp 22.000,” ujar bu Yono, pemilik warung ‘Isih Murah’.

Harga Rp 8.000 ditetapkan bu Yono dan pak Yono untuk semua menu, yakni bakmi goreng, bakmi rebus, nasi goreng, dan nasi magelangan. Harga ini terasa semakin murah karena daging ayam yang digunakan adalah daging ayam kampung.

Bakmi goreng dengan rasa gurih dan manis yang pas
 
Lha kok murah banget, apa tidak rugi? “Beginilah kalau di dusun, tidak bisa harga tinggi,” kata pak Yono dengan nada maklum, bukan mengeluh.

Toh nyatanya warung ini selalu ramai setiap hari. Buka menjelang maghrib hingga sekitar pukul satu pagi. Menjelang tengah malam warung ini semakin ramai. Setiap hari, menurut bu Yono, rata-rata warung ini menghabiskan 2 ekor ayam, 2 kilogram bakmi, dan 3 kilogram beras.

Bakmi godog dengan kuah panasnya yang menggoda
Suasana di warung ini memang terasa akrab, baik antara pemilik dan pengunjung, maupun antarpengunjung. Mungkin karena warung ini berada di dalam dusun, yang datang para warga dusun yang sebagian besar sudah saling kenal. Pengunjung setia warung ini tidak hanya dari Dusun Dagan saja tapi juga dari dusun-dusun sekitarnya, antara lain Kowen, Mriyan, Gatak, Gabusan, Ngasem, dan Tembi. Sejumlah seniman tradisi yang tinggal di Kowen seperti dalang Ki Bagong Margiyono dan pemain ketoprak RRI Sugiharto, kerap mengobrol di warung ini, tentu sambil menikmati sedapnya bakmi Jawa olahan pak dan bu Yono.

Suasana guyub, pelayanan ramah dan harga murah ditambah rasa makanan yang nikmat, komplitlah sudah. Di sisi penggorengan, sudah siap dua porsi bumbu, masing-masing untuk menu bakmi dan nasi. Untuk bakmi, kata bu Yono, ditambah bawang merah. Sedangkan untuk nasi goreng, ditambah bawang merah dan bawang putih. Aroma gurihnya mencuat, berpadu dengan rasa manis yang pas. Secara keseluruhan tidak ada rasa yang tajam, semuanya moderat. Kekhasan menu di warung ini adalah tidak memakai merica, yang ternyata tidak mengurangi kesedapannya.

Nasi goreng dengan tampilan sederhana tapi nikmat
Pak dan bu Yono membuka warung bakmi Jawa ini setelah gempa 2006. Sebelumnya bu Yono membuka warung sayuran. Sedangkan pak Yono, hingga kini, bekerja di sebuah pabrik tekstil di Bantul. Mereka dikaruniai dua anak dan satu cucu.

Entah apakah warung bakmi yang berusia sewindu ini pada akhirnya akan diteruskan oleh anak-anak mereka. Yang jelas hingga saat ini, banyak orang --terutama tetangga dan warga dusun sekitarnya-- yang setia berkunjung ke warung ini. Belakangan ini pengunjung dari tempat-tempat yang lebih jauh juga mampir di warung ini.

Untuk mencapai warung ini cukup mudah. Jika melalui jalan Parangtritis dari utara, setelah sedikit melewati bundaran Gabusan, belok ke kiri, masuk ke Jalan Melati Wetan. Teruslah ke arah barat, melalui perempatan, hingga sampai di tikungan, ke selatan sedikit, lalu ke barat sedikit. Di sisi selatan jalan warung ‘Isih Murah’ berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar