Senin, 03 November 2014

Rasa Pekat Gudeg Yu Narni yang Lezat

Gudeg krecek suwir pakai telur
Bicara tentang kuliner khas Yogyakarta tak bisa lepas dari kuliner gudeg. Bicara tentang gudeg tidak bisa mengabaikan kawasan Barek, Sleman. Dan bicara tentang gudeg Barek tak bisa melewatkan nama Yu Narni, salah satu dari tiga produsen gudeg besar di daerah ini, di samping Yu Djum dan Hj Amad. Gudeg Yu Narni adalah milik bu Narni Suwardi, yang memang berasal dari Barek --atau dalam lidah Jawa, mBarek.

Gudeg Yu Narni memang memiliki cita rasa yang memadai dengan kepopulerannya. Mungkin karena rasa gudegnya yang tergolong pekat, atau dalam istilah beberapa orang, ‘medok’. Rasa ‘medok’ ini terasa pada semua komponen gudegnya, termasuk areh, krecek, bahkan telur pindangnya. Selain bumbunya meresap, bahannya juga dari ayam kampung dan telur bebek, sehingga rasanya lebih mencuat. Dengan demikian cita rasanya memang lebih mantap dan lebih lama menetap di lidah. Rasa gudegnya tidak terlalu manis, ini mungkin juga salah satu kekhasannya. Ada sedikit asin yang menambah rasa nikmatnya.

Mas Dony, putra bu Narni, yang membantu mengelola
cabang di Jalan Magelang
Gudegnya tergolong gudeg kering. Awalnya, kata Dony Sukma Anggara (32 tahun), putra bu Narni (56 tahun), gudeg buatan kakek dan ibunya masih berupa gudeg basah. Namun dengan pertimbangan ekonomis, ibunya beralih ke gudeg kering yang memang lebih awet. Gudeg kering Yu Narni bisa bertahan 24-36 jam. Di Yogya penjual gudeg kering kini memang jauh lebih banyak dibanding gudeg basah.

Yang juga jelas awet adalah usia usaha gudeg yang dirintis keluarga bu Narni. Diawali oleh Mbah Wito yang menjajakan gudegnya dengan digendong pada sekitar tahun 1945. Menurut Dony, eyangnya berjualan dari Barek sampai sekitar Tugu. Kemudian Mbah Wito mendirikan warung gudeng di Kebon Dalem yang cukup laris, dibantu anaknya, bu Narni, yang saat itu masih kanak-kanak.

Menjelang akhir 1970-an terjadi estafet antar generasi dari Mbah Wito ke Bu Narni. Nama warung gudeg Mbah Wito perlahan kemudian berubah menjadi Yu Narni. Papan nama yang mencantumkan nama keduanya masih dapat dilihat di dalam warung di Kebon Dalem, di belakang etalase. Tertulis di sana: “Gudeg yang Pertama, ‘Bu Wito/Narni’ (Asli dari Mbarek), Telp. 543713, Buka: 06.00 – 21.00.”

Papan nama gudeg di Kebon Dalem jaman dulu, masih memakai
dua nama: “Bu Wito/Narni”
Karena semakin laris dan dikenal, pada tahun 1990-an Bu Narni membuka warung gudeg di rumahnya di Jl. Kaliurang Km 4,5. Awalnya, kata Dony, ibunya juga menjual nasi ramesan, selain gudeg. Namun kemudian khusus hanya menyediakan gudeg, yang memang terbukti ampuh kehandalannya.

Bu Narni kemudian membuka cabang lagi dengan bantuan anak-anaknya. Pada tahun 2002, tutur Dony, bu Narni membuka cabang di Magelang tapi hanya bertahan dua tahun. Setahun kemudian, pada 2003, cabang di Jalan Palagan Tentara Pelajar dibuka, dibantu si sulung Dedi. Lantas pada 2011 giliran cabang di Jalan Magelang Km 11 Tridadi dibuka, dibantu Dony. Sedangkan Dyah, anak ketiga bu Narni, membantu ibunya di Barek. Adapun warung di Kebon Dalem, karena kecil dan sederhana, ditunggu oleh stafnya.

Meski banyak cabang, semua gudegnya dimasak dan diolah di Barek, lantas didistribusikan ke semua cabang. Dengan demikian cita rasanya tetap standar dan kualitasnya terjaga.

Saudara-saudara bu Narni juga terjun di bisnis gudeg. Menurut Dony, dari enam anak mbah Wito, empat orang di antaranya melanjutkan usaha gudeg. Gudeg Campur Sari yang populer dengan nama Gudeg Batas Kota, misalnya, adalah milik kakak bu Narni. Bahkan jika dirunut ke atas Yu Djum dan Mbah Wito masih bersaudara karena, kata Donny, Yu Djum adalah adik mbah Wito putri, jadi adik ipar mbah Wito kakung.

Panci-panci gudeg, areh, telur pindang dan krecek
Harganya juga tergolong murah, atau setidaknya, standar. Gudeg krecek/telur Rp 8.000, gudeg telur/tahu Rp 9.000. Jika dilengkapi ayam suwir/sayap Rp 10.000, ati ampela Rp 13.000, kepala/paha Rp. 14.000, paha atas/dada Rp 24.000.

Jam buka warung gudeg Yu Narni berbeda-beda meski selisihnya sedikit. Yang paling pagi dan lama jam bukanya adalah warung pusat di Barek buka pukul 05.00 sampai pukul 21.00. Warung di Kebon Dalem, pukul 05.30 – 20.30. Dan warung di jalan Magelang, pukul 06.00 – 19.00. 

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar